Review Buku Corat-coret di Toilet Karya Eka Kurniawan

Menyesal sekali membiarkan buku Corat-coret di Toilet terpajang sekian lama di rak buku. Jika bukan karena Lenong Buku (salah satu program Klub Blogger dan Buku), mungkin buku ini masih belum saya baca juga sampai sekarang.

Sejak membaca Cantik Itu Luka, saya jadi mengoleksi buku-bukunya Eka Kurniawan. Buku terakhir yang saya baca itu Lelaki Harimau, tapi ntah kenapa saya bosan dengan buku ini. Sangat berbeda dengan Corat-coret di Toilet, kumpulan cerita pendek yang disajikan sangat ringan dan seru.

Bagaimana serunya? Baca ulasannya sampai selesai ya.

Informasi Buku Corat-coret di Toilet

Sebelum membahas isi bukunya, untuk kamu yang selesai membaca review buku Corat-coret di Toilet dan tertarik membelinya. Ini informasi bukunya ya.

Judul : Corat-coret di Toilet
Penulis : Eka Kurniawan
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Desain sampul : Eka Kurniawan
Setter isi : Fitri Yuniar
Terbit : Cetakan kedua (cover baru) April 2016
ISBN : 978-602-03-2893-5

Dari beberapa buku karya Eka Kurniawan, saya baru tahu jika Eka Kurniawan membuat desain sampulnya juga. Multitalenta sekali ya, tulisannya bagus, gambar juga bisa.

Cover buku ini memang sederhana hanya judul buku dengan ukuran tulisan yang lumayan besar dan gambar botol yang menyemburkan cairan. Namun, untuk saya yang tak paham seni, cover ini cukup menarik. Apalagi warna hijau pada cover membuat buku ini bersinar.

Review Buku Corat-coret di Toilet

Corat-coret di Toilet merupakan kumpulan cerita pendek karya Eka Kurniawan yang cetak pertama kali pada April 2014. Di buku ini ada 12 cerita pendek dengan gaya cerita khas penulisnya.

daftar isi buku corat-coret di toilet

Dari semua cerita pendek di buku ini, inilah beberapa cerita yang menjadi favorit saya.

1. Peter Pan : Sang Pencuri Buku

Cerita pertama pada buku ini berjudul Peter Pan, yang bercerita tentang si pencuri buku dari perpustakaan-perpustakaan yang tersebar di seluruh pelosok kota, dari toko-toko buku maupun dari toko-toko loakan.

Ia melakukan itu dengan harapan bisa ditangkap, sehingga ia akan tahu bahwa pemerintah memang mencintai buku dan benci para pencuri buku. Namun sampai ribuan buku yang ia curi, ia tak juga ditangkap.

“Lebih baik kita perang karena alasan yang lebih logis,” katanya. “Yakni karena pemerintah tak menangkapku, si pencuri buku perpustakaan.”

Karena tak kunjung ditangkap, ia pun merealisasikan gagasan untuk perang gerilya bersama sepuluh orang temannya. Aksi politik pertamanya demonstrasi di depan gedung perpustakaan. Lagi-lagi demontrasi mereka berakhir tak populer, tanpa liputan surat kabar dan hanya mendapat cibiran mahasiswa lainnya.

Cerita ini ditulis tahun 2000, tahun-tahun Antin masih kecil. Namun dari banyak cerita sejarah, di tahun-tahun itu pemerintah seolah menganggap media berbahaya dan harus dibungkam, bahkan banyak orang menghilang karena terlalu banyak tahu. Sedangkan para pemimpin yang berkuasa dan diktator tetap berjaya.

Jika diresapi, cerita Peter Pan ini satire untuk pemerintah kala itu. Apalagi diperkuat dengan akhir cerita di bab ini.

2. Corat-coret di Toilet

Mungkin ini pertama kalinya saya membaca cerita dengan tokoh utamanya sebuah Toilet, tapi karena penulisnya Eka Kurniawan saya sudah tak aneh lagi. Selalu ada kejutan di setiap cerita yang dibuatnya.

Cerita di bab ini sangat sederhana dan terasa nyata. Tentang sebuah toilet umum yang baru dicat kemudian di corat-coret oleh pengunjungnya, dari satu tulisan yang berbalas dan berlanjut dengan balasan-balasan lainnya.

“Kawan-kawan, tolong jangan corat-coret di dinding toilet. Jagalah kebersihan. Toilet bukan tempat menampung unek-unek. Salurkan saja aspirasi Anda ke bapak-bapak anggota dewan.”

Jika sebelumnya kamu sudah pernah membaca buku Eka Kurniawan, pasti tahu jika ia jago sekali menyindir. Begitu juga pada cerita ini, ia menyindir anggota dewan yang suka mengobral janji dan tak bisa dipercaya dengan cara yang unik.

“Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet.”

Saking tak percayanya dengan anggota dewan, lebih baik menyuarakan aspirasi melalui dinding toilet. Salah satu kalimat satire Eka Kurniawan yang saya suka.

Memang tak salah Corat-coret di Toilet dijadikan judul, bab ini lah pemenangnya dan cukup mewakili isi dari cerita-cerita yang ada di buku ini.

3. Hikayat Si Orang Gila

Ketika senapan bersahutan, para penghuni kota berlarian dengan teriakan dan menjinjing barang-barang yang dikemas kemudian naik ke atas truk-truk. Si Orang Gila hanya memandang tanpa reaksi.

Setelah beberapa hari berlalu, Si Orang Gila merasa lapar. Di kota kecil yang mati itu ia terseok sendiri, mencoba mengais sampah tetapi tak ada makanan.

“Para prajurit di atas truk semakin ribut ketika mereka melewati Si Orang Gila. Lagu semakin keras berbaur dengan teriakan-teriakan yang lucu menurut mereka.”

Si Orang Gila, sebagaimana seharusnya, tidak peduli.

“Teman-teman,” kata seorang prajurit. “Aku yakin ia salah satu anggota gerombolan itu.”

“Ayo bunuh!”

Dan meletuslah senjata-senjata. Melemparkan peluru-peluru ke arah Si Orang Gila, tapi semunya luput.

Setelah mencoba terus mencari makanan sampai ke kota sebelah. Pada akhirnya, tanpa makan berhari-hari dan kemudian demam, Si Orang Gila pun mati. Terkapar tak bernyawa.

Cerita Si Orang Gila yang diabaikan ini seolah pembelajar untuk kita agar lebih peduli dengan sesama. Kadang kita lupa bahwa ia yang sering diabaikan tetaplah manusia yang butuh makan, bisa merasa kelaparan, dan sakit.

4. Siapa Kirim Aku Bunga?

Pada bab ini bercerita tentang Kontrolir Hendri yang terjadi di Hindia Belanda pada akhir tahun 20-an. Kisah cintanya yang menyedihkan menjadi dongeng turun-temurun. Kisah itu sendiri berawal dari bunga-bunga misterius yang dikirim seseorang kepadanya.

Siapa sangka jika yang selama ini mengiriminya bunga adalah gadis penjual bunga yang sering ia lihat. Sampai akhirnya ia jatuh cinta dengan si gadis penjual bunga. Namun sayang cintanya berakhir kandas karena alasan yang benar-benar tak terduga.

“Mari temui kedua orang tuamu,” kata Hendri dengan gemas. Matanya lekat pada wajah cantik itu. “Di mana mereka?”

“Digoel.”

“Digoel?”

“Ya, Boven Digoel.”

“Kenapa di sana?” tanya Henri.

“Kau sendiri yang kirim mereka ke sana.”

Ketika membaca bagian ini saya sangat takjub, benar-benar di luar dugaan. Eka Kurniawan selalu juara membuat plot twist. Cara gadis penjual bunga balas dendam ke Hendri sungguh cara balas dendam terbaik. Dibuat jatuh cinta kemudian dipatahkan.

Penasaran sama akhirnya bagaimana? baca sendiri saja bukunya ya 😀

5. Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti

Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti bercerita tentang anak laki-laki berumur sepuluh tahun yang mencuri roti tapi tak pernah tertangkap, sehingga membuat para pemilik toko marah dan melaporkannya ke polisi.

“Kalian datang ke kota kami, membuka toko dan memperoleh uang banyak. Tak ada artinya dengan roti yang dicuri bocah itu setiap hari.”

Tindakan kriminal yang dilakukan Si Bandit Pencuri Roti bukan tanpa sebab, ia melakukannya karena terpaksa untuk bertahan hidup. Dan ia tertangkap oleh alasan yang sederhana, karena Ibu.

“Bapak polisi, antarkan aku kepada ibuku. Aku ingin punya ibu sendiri yang akan membawaku pergi ke pasar malam. Aku ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku rumah. Aku juga ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku uang untuk membeli roti sehingga aku tak perlu mencurinya …”

Salah satu cerita yang membuat saya miris. Anak sekecil itu harus berjuang hidup seorang diri, makan dengan hasil mencuri dan tidur di mana saja. Saya rasa cerita ini juga relate dengan kehidupan nyata. Di mana masih banyak anak-anak yang kurang beruntung, yang terpaksa melakukan kriminal karena keadaan.

Pesan moral yang saya tangkap dari cerita ini yaitu, agar kita semua lebih peduli lagi dengan sekitar.

Opini Pribadi Tentang Buku Corat-coret di Toilet

Cerita di buku ini ditulis antara tahun 1999-2000 yang sebagian besar isinya menyentil isu sosial dan politik, nilai kemanusian, dan kisah cinta yang menyedihkan.

Berbeda dengan buku Eka Kurniawan lainnya, gaya bercerita buku Corat-coret di Toilet sederhana dan sangat ringan. Namun bukan Eka Kurniawan jika tidak membuat plot twist di akhir cerita, begitu juga dengan beberapa cerita pendek di buku ini.

Jika kamu sudah membaca Cantik Itu Luka pasti paham bagaimana plot twistnya sebuah akhir cerita yang dibuat oleh sang penulisnya.

Hampir semua cerita pendek yang ada di buku Corat-coret di Toilet mengandung pesan moral untuk pembacanya. Ya walaupun tidak dijelaskan secara gamblang, tapi pelajaran dalam kehidupan begitu terasa di setiap cerita.

Jika kamu ingin mengenal karya-karyanya Eka Kurniawan untuk pertama kalinya, buku Corat-coret di Toilet cocok sekali. Bahasanya ringan dan mudah dimengerti, tapi banyak pesan terkandung di dalamnya.

Selain itu, kamu juga bisa membaca kumpulan cerita pendek yang lainnya seperti Gelak Sedih (2005) dan Cinta Tak Ada Mati (2005). Atau, novelnya seperti Cantik Itu Luka (2002), Lelaki Harimau (2004), dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2014).

Jika boleh saran, jangan lewatkan untuk membaca Cantik Itu Luka ya. Salah satu novel favorit saya, semoga kamu juga suka ya.

Selamat membaca 🙂

 

 

Baca juga:

  1. Merantau ke Deli Karya Hamka
  2. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
  3. Confessions Karya Minato Kanae
  4. The Boy I Knew From YouTube Karya Suarcani
  5. Di Dalam Lembah Kehidupan Karya Buya Hamka
  6. Rempah Rindu Karya Gina Maftuhah Dkk
  7. The Architecture Of Love Karya Ika Natassa
  8. Our Hope Karya Inesia Pratiwi
  9. 5 Novel Indonesia Favorit Bertema Perempuan yang Wajib Dibaca
  10. 4 Rekomendasi Buku Titi Sanaria Untuk Bacaan di Akhir Pekan

38 pemikiran pada “Review Buku Corat-coret di Toilet Karya Eka Kurniawan”

  1. Biasanya baca buku Eka Kurniawan tuh butuh waktu agak lama, tapi pas baca Corat-coret di Toilet ini aku cepeeeettt banget! Haha

    Saking ringan dan serunya setiap cerita, bikin ketawa, kadang bikin tertawa miris, dan sering surprise sama endingnya.

    Next pengej baca Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, hihi

    Balas
    • Samaaa aku juga cepet baca buku ini kak, padahal bacanya pas mau tidur aja tapi seringan itu jadi ga berasa eh tahu² kelar.

      Aku pun penasaran dari lama sama buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas tapi belum punya bukunya, apalagi difilmin kan buku ini tuh

      Balas
  2. Mungkin karena buku ini di tulis di awal tahun 2000an ya, jadi medsos belum booming banget.. kalo seandainya ditulis beberapa tahun kemudian, mungkin bukan coret coret di toilet, tapi protes di medsos via second account atau akun samaran kyk macam @triomacan2000, dll untuk menyuarakan aspirasi atau protes buat pemerintah..
    Btw, nice post! 🙂

    Balas
  3. Baca beberapa cuplikan ceritanya sudah kepikiran ini pakai bahasa yang mudah dipahami dan banyak sindiran terhadap kondisi yang ada.
    kalau cerita Peter Pan itu kayaknya menggambarkan suasana politik sebelum tahun 1998. Saat orde baru sedang berkuasa. Bukan tahun 2000. Di tahun 2000 sudah memasuki masa reformasi. Media massa baru mulai bermunculan. Kemudian seorang presiden hanya diperbolehkan memimpin 2 periode. Masih ada beberapa perubahan lainnya.

    Cerita tentang digoel juga menarik. Sekilas bercerita tentang nasib sebuah anggota keluarga yang keluarga diasingkan di Boven digoel. Bung Hatta, Sutan Syahrir juga pernah diasingkan di sana.

    Review yang menarik kak 😀

    Balas
  4. Aku belum pernah baca buku-bukunya Eka Kurniawan sih. Aku nggak kuat kalo baca yang berat-berat hahaha. Btw, tapi kalo ini ringan mungkin bisa aku coba ya. Terima kasih atas reviewnya, Antin. Cukup merekomendasikan.

    Balas
  5. Salah satu buku yang pingin dibaca, tapi udah terlanjur mikir kalo buku-bukunya Eka berat, seberat Cantik Itu Luka atau Seperti Dendam. Tapi dari baca review Antin, kayaknya akan jadi salah satu wish list untuk dibaca juga di tahun ini.

    Balas
    • Ini buku aku cuekin sekian tahun juga karena males baca buku berat, terlebih buku Eka yang terakhir aku baca berasa berat banget eh ternyata yang Corat-coret di Toilet beda. Seru dan ringan, coba baca deh pasti ga nyesel

      Balas
  6. Menarik sekali nampaknya cerpen karya Eka Kurniawan setelah membaca ulasan dari Antin.
    Meski aku belum pernah membaca karya sang penulis, tetap saja rasanya jadi ‘ngiler’ dan tertarik mau mencicip rasa sastra ciptaan salah satu penulis cerpen terbaik menurutku.
    Thanks for sharing.

    Balas
  7. Wah, kamu suka karya-karyanya eka juga ya? Keren sih gaya ceritanya eka ini. Aku dulu pernah baca buku ini. Ternyata beberapa cerita-cerita di sini dibawa lagi ya ke novel cantik itu luka, kayak dongeng sebelum bercinta. Pernah beberapa kali ketemu eka, ternyata orangnya lerlihat simple dan lugu. Tapi siapa sangka imajinya seliar itu. hehe

    Balas
    • Wah bukunya keliatan menarik kak Antin. Baca salah satu bab yang bercerita tentang peterpan si pencuri buku. Aku jadi ingat salah seorang kawan yang suka nyuri buku di perpus. Kalau dia alibinya bilang “di perpus ini jarang ada yang baca. Daripada numpuk ga dibaca orang lebih baik kuambil dan kubaca. Nanti bisa kusebarin ilmunya. Lebih bermanfaat. Kecerdasan adalah hak seluruh bangsa” 😅

      Balas
  8. Jujur saja, saya belum membaca satu pun karya karya Eka Kurniawan, tapi dari review yang dibuat Mba Antin, sepertinya menarik sekali, semoga kedepan bisa melahap buku buku diatas.

    Balas
  9. Cantik itu luka buku nya bagus banget kak, punya banyak pesan moral di dalamnya.. Gak hanya di toilet kak banyak coret coret di dinding jalanan yang berisikan tentang aspirasi masyarakat

    Balas
  10. Saya belum pernah membaca atau melirik langsung buku-buku karya Eka Kurniawan. Namun, saat membaca review kumpulan cerpen ‘Corat coret di Toilet’ yang kak Antin tulis, sepertinya saya ‘goyah’ nih. Tulisan-tulisan ybs kaya pesan moral sosial politik juga ya Kak?

    Balas
  11. entah kenapa selalu seru buku/novel yang dibumbui kisah politik. mengoyak oyak perasaan. bagiku, penulis pun juga akan merasa tersuarakan dengan bebas ketika membuat tulisan seperti ini

    Balas
  12. Kok bukunya terlihat sangat menarik sih? Duh Antin emang jagonya sih ya kalau bikin orang jadi kepo pengen baca bukunya. Kayanya aku mau beli deh ini buku wkwk

    Balas
  13. Saya belom pernah baca bukunya eka kurniawan, tapi rasanya menarik karena dia bisa menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan isu sosial politik dengan satir yang cukup sederhana. Kayanya perlu deh buat nyoba baca buku-bukunya.

    Balas
  14. Jujur masih trauma baca buku eka kurniawan gara2 cantik itu luka yang ampe sekarang nggak kelar dibaca. Padahal udah setengah halaman lebih. Kayaknya yang ini lebih ringan ya gaya bahasanya. Cerpen juga. Mungkin bisa nih mulai dari sini. Karena jujur cantik itu luka tuh genre ceritanya menarik banget. Tapi aku belum biasa sama cara bertuturnya eka kurniawan.

    Balas
  15. Aku jadi pengen baca bukunya Eka Kurniawan yang Corat coret di toilet ini. Antin kalau nyeritain bikin orang mupeng soalnya.

    Balas
  16. Aku belum pernah baca buku Eka Kurniawan, karena pada ramr bilang Cantik Itu Luka berat sekali. Tapi abis baca Review Corat Coret di Toilet ini jadi pengen baca juga.

    Balas
  17. Kalo dari review di artikel yang Antin buat dan baca beberapa cuplikan kalimat di novel Corat-Coret di Toilet, keliatan sih ini ringan banget buat dibaca. Jadi pengen baca deh, penasaran.

    Balas
  18. Thanks Antin review nya menarik sekali. Memang gitu ya gaya tulisan Eka Kurniawan, banyak satire. Segala toilet lah jadi tokoh utama. Nyolong buku untuk pembuktian lah. Tapi justru itu yang bikin Eka unik dan banyak pembaca. Keren.

    Balas
  19. Cerpen Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti mencuri perhatian sekali.
    Benar sekali, kebanyakan anak” yang besar dan hidup sendiri dijalanan, melakukan tindak kriminal karena dorongan sekedar bertahan hidup. Mereka butuh sekali kepedulian dari orang di sekitaran mereka.
    Cantik, kepedulian seperti apa yang menurutmu mereka butuhkan? Agar mereka bisa menjadi manusia tanpa hinaan yang dikarena tindak kriminal yang mereka lakukan.

    Balas

Tinggalkan komentar