Review Buku 9 Summers 10 Autumns Karya Iwan Setyawan

Saya mengetahui buku 9 Summers 10 Autumns dari sebuah acara talkshow di salah satu stasiun televisi. Saat itu penulisnya, Iwan Setyawan diwawancarai oleh Andi F Noya, menceritakan semua cerita masa kecilnya yang dituangkan dalam buku ini.

Salut dengan perjuangannya mengubah kondisi ekonomi keluarga, membuat saya tertarik membeli dan membaca buku 9 Summers 10 Autumns. Saya ingin merasakan dan membaca semua kisahnya.

Pertama kalinya saya membaca buku ini di tahun 2012, dan membacanya kembali di Maret 2023. Saya membaca buku ini lagi karena tantangan membaca dari Klub Blogger dan Buku, tema yang diberikan adalah buku yang mengubah hidupmu.

Kenapa saya memilih buku 9 Summers 10 Autumns untuk tema yang diberikan? Nanti saya ceritakan di bawah ya. Sebelumnya saya berikan sedikit ulasan tentang buku ini.

Informasi Buku 9 Summers 10 Autumns

Judul : 9 Summers 10 Autumns
Penulis : Iwan Setyawan
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Editor : Mirna Yulistianti
ISBN : 978-979-22-6766-2

Buku 9 Summers 10 Autumns merupakan buku fiksi terbaik Jakarta Book Award 2011 IKAPI DKI Jakarta. Buku ini juga menjadi buku nasional best seller yang dicetak sampai sembilan kali pada tahun 2012. Kalau sekarang ntah deh ya sudah cetakan ke berapa.

Sampul dengan warna dasar putih dan 2 gambar apel di tengahnya. Kemudian terdapat siluet gambar gunung dan gambar patung liberti pada apelnya menggabarkan isi bukunya, dari kota apel ke the big apple.

Blurb Buku 9 Summers 10 Autumns

Bapakku, sopir angkot yang tak bisa mengingat tanggal lahirnya. Dia hanya mengecap pendidikan sampai kelas 2 SMP. Sementara ibuku, tidak bisa menyelesaikan sekolahnya di SD. Dia cermin kesederhanaan yang sempurna.

Empat saudara perempuanku adalah empat pilar kokoh. Di tengah kesulitan, kami hanya bisa bermain dengan buku pelajaran dan mencari tambahan uang dengan berjualan pada saat bulan puasa, mengecat boneka kayu di wirausaha kecil dekat rumah, atau membantu tetangga berdagang di pasar sayur.

Pendidikanlah yang kemudian membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Cinta keluargalah yang akhirnya menyelamatkan semuanya.

Review Buku 9 Summers 10 Autumns

Cerita di buku 9 Summers 10 Autumns dibuka dengan tragedi penodongan di salah satu sudut di New York. Di tengah kepanikan terlihat sekelebat bocah kecil memakai celana pendek merah dan baju putih berkerah berdiri di jembatan. Kekhawatiran tertangkap dari wajahnya.

Dua hari setelah penodongan itu, bocah kecil berbaju merah muncul kembali dan menjadi teman bercerita sang tokoh utama. Cerita di buku ini menggunakan alur maju mundur, berceritaa saat sekarang dan cerita tentang masa lalu.

Bukan hanya tentang Mas Iwan saja, di buku ini juga dia bercerita tentang semua keluarganya. Bagaimana perjuangan sang ayah, Abdul Hasim berjuang di jalanan, menjadi seorang supir angkot yang berjuang mencari nafkah untuk keluarganya.

Ibu Ngatinah, perempuan super yang mengatur keuangan keluarga dengan sangat apik. Dengan keterbatasan uang yang dimiliki, ia bisa mengaturnya dengan adil. Tahu mana yang harus diprioritaskan dan mana yang harus mengalah terlebih dahulu.

“Ibuku adalah cermin kesederhanaan yang sempurna di mata kami dan kesederhanaan inilah yang menyelamatkan kami. Kesederhanaan inilah yang membangun rumah kecil kami.” Hal. 34

Pernah juga bapaknya masuk penjara selama satu bulan karena menabrak orang yang sedang mengendarai vespa, dengan begitu keluarga ini tak ada pemasukan. Ibu Ngatihan yang sedang hamil terpaksa menjual piring, baju, dan lain-lain yang ada di rumahnya untuk bertaha hidup.

Tentunya ada juga cerita tentang kakak dan adiknya Mas Iwan, Mbak Isa, Mbak Nani, Rini, dan Mira.

“Aku dan saudara-saudaraku tumbuh di rumah yang dibangun dengan cinta dan kesederhanaan. Bangunan fisik rumah yang kecil dan apa adanya, melahirkan ruang yang besar pada hati kami untuk menerima kehidupan, betapapun kecilnya kebahagian yang kami terima. Kami tumbuh dalam lima detak jantung, dalam satu hati.” Hal. 14

Karena rumah mereka yang kecil, kadang kala Iwan kecil harus mengalah. Tidur di ruang tamu atau tidur di rumah kakek neneknya. Oleh karena itu, Iwan kecil memiliki mimpi ingin memiliki kamar sendiri.

“Di rumah mungil inilah cita-cita sederhana pertamaku mulai bersemi. Mempunyai sebuah kamar tidur sendiri, di lantai dua. Di atas dapur.” Hal. 17

Kakak-kakaknya yang pintar dan bisa masuk ke sekolah favorit membuat Iwan kecil rajin belajar agar bisa seperti kakaknya. Karena tak punya uang untuk membali mainan, Iwan kecil sering menghabiskan waktu dengan buku-buku.

Dia belajar dengan tekun, bangun lebih pagi agar lebih lama belajar. Tak jarang bangun tengah malam, belajar di bawah lampu redup dan di tengah ketakutan akan hantu.

Iwan kecil dan kakaknya juga anak yang rajin. Untuk menambah uang jajan, sepulang sekolah mereka membantu tetangganya mengecat boneka dari triplek. Hal yang terkadang membuat Ibunya sedih, anak yang seharusnya masih asik bermain tapi karena keadaan mereka malah membantu mencari uang. Namun yang saya salut, semua anak-anaknya mensyukuri keadaan mereka. Tak ada yang menuntut lebih, semuanya paham akan kondisi keluarga.

“Hidup di bawah kaki Gunung Panderman yang indah ini tidaklah mudah. Masa depan buat kami saat itu adalah mempersiapkan makan saat matahari terbit keesokan harinya. Masa depan tidaklah jauh ke depan.” Hal. 33

Sepertinya semua anak di keluarga ini dianugrahi kepintaran, semua anak-anaknya masuk sekolah negeri favorit. Ketekukan dan impian mereka untuk keluar dari jerat kemiskinan membuat mereka pantang menyerah, dan perlahan bisa mengubah kondisi ekonomi keluarga.

“Impian haruslah menyala dengan apapun yang kita miliki, meskipun yang kita miliki tidak sempurna, meskipun itu retak-retak.” Hal. 21

Kedekatan dan kehangan rumah kecil mereka adalah rintangan terbesar untuk keluar rumah. Mereka semua merasa terikat meskipun penuh kekurangan. Itulah yang dirasakan Iwan ketika harus merantau jauh setelah lulus SMA, melanjutkan kuliah di IPB.

Bisa berkuliah di IPB bukanlah hal yang mudah untuk Iwan, selain kerinduan akan rumah kecil di Batu, keterbatasan biaya juga sering kali menyiksanya. Menahan lapar, bahkan harus meminjam uang ke saudaranya untuk biaya kuliah dan hidup selama di Bogor.

Namun tak ada perjuangan yang sia-sia, setelah lulus kuliah Iwan mendapatkan pekerjaan yang baik di Jakarta. Menjadi data analis di Nielsen dan Danareksa Reseach Institute. Karena keahliannya di bidang Statistika, dia merambah karier di New York City selama 10 tahu.

“New York City bukan impian masa kecilku, bukan keinginan gilaku. New York City bukan keinginan yang muncul dari mimpi dan dari rumah mungilku. New York City adalah buah kerja keras, keprihatinan, dan kejujuran. New York City adalah buah “kehangatan” rumah kecil kami. Dan, dari jalanan di New York City ini, aku berani menelusuri masa kecilku kembali.” Hal. 62

Opini Pribadi Tentang Buku 9 Summers 10 Autumns

Cerita di buku 9 Summers 10 Autumns walaupun alurnya maju mundur, tapi dibuat runut. Mulai dari cerita tentang orang tuanya, kemudian kakak pertama, kedua, adik pertama, dan adik kedua. Semuanya memiliki cerita masing-masing yang diceritakan secara bergantian.

Pembaca jadi paham kalau Mbak Isa, kakak pertama yang luar biasa mengayomi adik-adiknya. Mbak Isa yang pintar rela tidak melanjutkan kuliah, agar adiknya saja yang kuliah. Dia memilih bekerja menjadi guru les agar membantu ekonomi keluarganya.

Perjuangan Mbak Isa tak pernah sia-sia, karena kepintarannya dia bisa menjadi PNS di usia 35 tahun dan melanjutkan kuliahnya kembali. Definisi perjuangan anak pertama perempuan.

Kemudian kakak keduanya, Mbak Inan. Tegas, tangguh, kuat, dan pekerja keras. Sosok yang selalu mengajarkan untuk menjaga kebersihan, agar rumah kecil kami lebih nyaman.

“Semua kenyamanan, ditengah kekurangan kami di Batu, adalah sebuah kekayaan yang tak ternilai harganya. Family is everthing to me.” Hal. 101

Salah satu yang saya suka dari cerita di buku ini adalah kehangatan keluarga. Di tengah keterbatasan yang ada, mereka saling merangkul satu sama lain. Tak ada drama saling iri satu sama lain, yang ada saling membantu. Kakak yang kadang mengalah kepada adiknya, atau bahkan sebaliknya.

“Tak ada yang bisa memberikan warna lebih indah dalam hidupku, selain saudara-saudaraku tercinta.” Hal. 37

Banyak sekalin bagian cerita kakak adik yang membuat hati ini hangat, saya merasakan bagaimana dekatnya mereka. Penyampaian penulisnya sangat sampai ke pembaca. Kasih sayang orang tua ke anak juga tersampaikan dengan baik, nggak pilih kasih, semua mendapatkan porsinya sendiri.

“Ibuku, hatinya putih, ia adalah puisi hidupku. Begitu indah. Ia adalah setiap tetesan airmataku.” Hal. 35

Garis hidup melahirkan mereka untuk hidup sederhana, tapi tak pernah menyerah dengan impian. Impian untuk merubah nasib keluarganya, keinginan membahagiakan keluarga, serta perjuangan mewujudkannya menjadikan buku ini layak sekali untuk dibaca.

Kekurangan dari buku 9 Summers 10 Autumns pejelasan tentang sosok anak kecil berseragam merah yang kurang jelas. Awalnya saya sempat bingung anak kecil ini siapa, nyata atau hanya halusinasi saja. Namun, banyak yang bilang sosok ini adalah sosok Iwan kecil. Sosok khayalan yang menjadi teman cerita sang tokoh utama.

Jadi seperti membuka kenangan lama dengan bercerita kembali ke sosok dia saat maish kecil.

“Membuka kenangan lama yang terhampar di belakang memberikan makna baru dalam hidup. Memberikan apresiasi baru terhadap keberhasilan ataupun kegagalan saat ini. kita selalu bisa kembali ke masa lalu. Kenangan itu, betapapun pahitnya, selalu bisa dikenang dan ditempatkan kembali di ruang yang tepat di hati kita. Dan, biarlah memori beristirahat di sana. Biarlah kita kunjungi suatu saat.” Hal. 49

Terlepas dari itu, menurut saya buku 9 Summers 10 Autumns adalah salah satu buku yang harus kamu baca. Banyak sekali hal positif yang bisa kamu petik dari buku ini. Banyak pembelajaran hidup yang bisa diambil, bahwa tak selamanya privilage itu berupa materi. Bisa saja dalam bentu lain, seperti keluarga yang hangat dan kepintaran yang dimiliki.

Kenapa Buku 9 Summers 10 Autumns Menginspirasi?

Lalu kenapa buku 9 Summers 10 Autumns menjadi buku yang menginspirasi buat saya? Karena jika saya tak membaca buku ini, maka kamu tak akan membaca tulisan ini.

Beberapa tahun lalu, ketika selesai membaca buku ini saya menjadi salah satu penggemar Iwan Setyawan. Mengikuti sosial medianya, sampai akhirnya tahu jika buku 9 Summers 10 Autumns akan dibuat film. Bahkan akan ada workshop bersama penulisnya langsung.

Tak ingin melewatkan momen, saya pun hadir di acara workshop filmnya. Jika biasanya workshop film hanya membahas tentang filmnya saja, berbeda dengan workshop film 9 Summers 10 Autumns. Peserta yang hadir dipersilahkan untuk bercerita tentang kehidupannya.

Ada kisah seorang anak supir bus yang akhirnya bisa kuliah dan mengangkat derajat orang tuanya, ada yang bisa melanjutkan kuliah karena beasiswa dan sekarnag sudah bisa menghasilkan uang sendiri, dan banyak kisah hebat lainnya.

Dari semua yang bercertita, rata-rata mereka menulis. Menuliskan cerita dan kegelisahannya dalam bentuk tulisan di blog. Saya yang saat itu suka menulis di buku, jadi tertarik mencari tahu tentang diary digital ini. Saya pun akhirnya membuat blog di wordpress gratisan dan memindahkan beberapa tulisan di buku ke blog.

Cerita yang cukup panjang sampai akhirnya lahir diantin.com, kamu bisa membaca cerita lahirnya diantin.com.

Setelah banyak bertemu orang hebat di acara tersebut, banyak yang berubah dalam diri saya. Terutama tentang impian dan privilage. Memang tak semua orang memiliki privilage tentang materi, tapi tak lantas kita menyerah dengan mimpi kita sendiri. Semua bisa terwujud asalkan tidak menyerah dan terus berusaha meraihnya.

“Kegagalan ataupun keberhasilan sebuah proses adalah dimensi lain yang akan melahirkan pelajaran baru untuk proses selanjutnya.” Hal. 103

Kalau kamu lagi putus asa dan menyerah dengan keadaan, coba deh baca buku 9 Summers 10 Autumns. Bacaan ringan yang bisa menemani waktu luangmu.

Selamat membaca 🙂

 

Review buku lainnya:

  1. Keliling Nusa Tenggara Luar Dalam
  2. The Privileged Ones Karya Mutiarini
  3. Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
  4. Tarian Bumi Karya Oka Rusmini
  5. Corat-coret di Toilet Karya Eka Kurniawan
  6. Merantau ke Deli Karya Hamka
  7. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
  8. Confessions Karya Minato Kanae
  9. The Boy I Knew From YouTube Karya Suarcani
  10. Di Dalam Lembah Kehidupan Karya Buya Hamka

21 pemikiran pada “Review Buku 9 Summers 10 Autumns Karya Iwan Setyawan”

  1. Setuju sama tulisan antin..
    Buku ini juga termasuk yg bikin gw ga bosen pas baca..
    Trenyuh, apalagi pas si iwan cerita dia agak minder pas pertama kali kerja ketemu anak2 lulusan dr luar negeri yg jd temen satu kantor..
    Iwan berusaha mengkompensasi dg memberikan yg terbaik di pekerjaannya .
    Salut!..

    Balas
  2. Setuju. Buku karya Iwan Setyawan perlu dan penting dibaca untuk dapat lebih memaknai kehidupan ini dan mendapatkan banyak inspirasi darinya, yang kemudian dapat diaplikasikan guna merubah hidup menjadi lebih baik.
    Buku karya Iwan Setyawan menurut saya juga bisa jadi penguat serta peneguh bagi mereka yang membutuhkan solusi, agar jangan mudah menyerah juga janganlah lekas berputus asa.
    Percayai dan buktikan.
    Terimakasih review bukunya, bisa jadi salah satu rekomendasi bacaan yang bermutu ini.

    Balas
  3. Ulasannya keren dan lengkap. Bahkan bercerita tentang dampak yang yang dirasakan setelah membaca buku ini.

    Buku lama, tapi buku ini masih sangat layak untuk dibaca oleh siapapun. Terutama bagi mereka yang sedang kehilangan arah dalam hidup. Banyak yang mendapatkan manfaat dari baca buku ini, dan akhirnya memang layak untuk diangkat ke layar bioskop.

    Balas
  4. Keren banget ulasannya, terlebih potongan potongan Quotes nya menarik sekali, the real defenisi “From Zero to Hero”, menurut saya penulis ini adalah orang yang beruntung dalam hidup, karena mampu menciptakan Privilage nya sendiri, yaitu pengetahuan, dan yapp benar sekali, kita mungkin bisa saja tidak punya apa apa, tapi selagi kita punya pengetahuan, maka yang lainnya akan mengikuti dibelakang.

    Balas
  5. Buku lama yang masih banyak dijadikan inspirasi utk banyak orang. Aku sendiri belum baca, tapi ps nonton film langsung buru2 google siapa org tersebut. Memang secara sosok, tidak begitu dikenal karena sayangnya dia berhenti bereksistensi selepas buku itu. Dan memang yang aku cermati juga sosok Iwan ini sedikit feminim, mgkn sang ayah khawatir dia tidak bisa mengerjakan hal-hal yang maskulin ke depannya, makanya cenderung keras. Menurut mba antin gimana?

    Balas
    • Sebenarnya beberapa tahun setelah buku pertama dan kedua terbit masih eksis, sempat menjadi pembawa acara di salah satu stasiun televisi juga. Tapi belakangan ini namanya mulai tak terdengar, Bahkan di sosial medianya juga.

      Yes sosoknya memang sedikit feminim, makanya dia giat belajar karena tidak mau bernasib sama seperti bapaknya yang menghabiskan separuh hidupnya di jalan menjadi supir

      Balas
  6. Kalau buku itu tidak menginspirasi, mungkin artikel blogpost ini tidak pernah ada ya. Ceritanya sangat menginspirasi kalau impian bisa diwujudkan jika kita terus berusaha dan juga berdoa.

    Akhirnya jadi tahu kenapa antin milih buku itu.🤭

    Balas
  7. Dukungan dan kehangatan keluarga yang menjadi hal utama untuk saling menguatkan ya kak, salut sama hubungan keluarga nya

    Wahh kak berarti buku ini yang memotivasi kak Antin untuk punya blog ya 😊

    Balas
  8. Wah sama tin, gw jg baru baca buku ini bulan lalu. Ternyata Iwan itu kakak kelas gw di kampus walau beda jurusan tp SE fakultas

    Balas
  9. Sekilas mirip2 novel yorick. tapi bedanya kalau yorick itu anak satu2nya, klo ini kan kakak beradik ya. 2 Novel ini sama2 memperlihatkan orang2 yang berjuang meraih mimpi. Mereka tidak punya privilege dari kebanyakan orang yang bisa sekolah tinggi. tapi berkat kegigihannya bisa sukses

    Balas
  10. Buku yang menarik… tentang kisah seorang anak yang kemudian sampai bekerja di New York. Mengenai privilege, mayoritas orangh yang bisa kuliah atau bahkan bekerja di luar negeri, sebagian besar, sekali lagi sebagian besar, pasti punya privilege materi (atau setidaknya relasi) untuk bisa merealisasikannya.

    Balas

Tinggalkan komentar