Awal tahun adalah waktu yang pas untuk berlibur. Begitu juga yang saya lakukan di awal tahun 2015, pergi ke tempat liburan murah di Purwakarta. Kebetulan ada teman yang tinggal di sana, jadi bisa sekalian bertemu.
Sebenarnya perjalanan ini sudah saya rencanakan dari jauh-jauh hari. Rencananya saya akan berlibur bersama salah satu teman dari Surabaya, sayangnya dia mendadak tidak bisa ikut.
Saya pikir perjalanan kali ini terancam gagal dikarenakan teman tersebut tidak bisa ikut. Padahal perjalanan ini sudah ditunda dari jadwal yang seharusnya.
Sempat bingung beberapa hari antara jadi jalan atau dibatalkan saja. Saya juga belum berani berpergian sendiri dengan jarak yang lumayan jauh, padahal Jakarta ke Purwakarta mah nggak jauh-jauh amat 😀
Saat bercerita ke teman kantor kalau saya akan liburan di Purwakarta ternyata mereka tertarik. Daripada gagal pergi, saya pun mengajak mereka untuk liburan bersama ke Purwakarta.
Menyusun Rencana Liburan
Sehari sebelum keberangkatan kami sudah menyusun rencana mulai dari transportasi, akomodasi, dan lain-lain. Kami juga memilih beberapa tempat liburan murah di Purwakarta sebagai tujuan.
Salah satu teman saya ada yang membawa keluarganya, jadi kami putuskan transportasi ke Purwakarta memakai mobil dia. Mobil sudah disiapkan, supir yang mengantar juga sudah diberitahu.
Sore harinya tiba-tiba supir yang akan mengantar ke Purwakarta memberi kabar tidak bisa mengantar karena ada keperluan mendadak. Ya ampun ada saja halangan untuk pergi liburan.
Selepas Magrib, ada notifikasi pesan masuk di BBM. Kabar baik itu datang, teman saya mengabari jika supirnya tidak jadi izin dan besok bisa mengantar ke Purwakarta. Alhamdulillah.
Hari Keberangkatan ke Purwakarta
Pagi harinya saya bangun dan bergegas. Saya siap untuk menjauh dari kebisingan Ibukota dan menikmati sejuknya udara Purwakarta walau hanya sebentar. Semua persiapan sudah disiapkan sejak kemarin.
Kemudian, dalam seketika kebahagian saya pun hancur, tepat saat smartphone saya berbunyi. Teman saya mengabari jika mobil yang akan digunakan tidak bisa menyala. Haduuuhh apa lagi ini.
Panik sudah pasti karena sudah izin ke Mama, barang-barang sudah siap. Bahkan salah satu teman yang ikut sudah sampai di Stasiun Cakung.
Berharap mobil itu menayala tapi tetap saja tidak ada perubahan, kami pun memutuskan untuk menyewa mobil. Setelah semua drama itu, akhirnya liburan ke Purwakarta. Yeaaayyy
Tempat Liburan Murah di Purwakarta
Pagi itu jalanan cukup sepi karena masih banyak kantor yang masuk, jadi tidak perlu waktu lama untuk sampai di Purwakarta. Dan, inilah beberapa tempat wisata murah di Purwakarta yang saya kunjungi.
1. Situ Wanayasa dan Sate Marangi
Tujuan pertama yaitu Situ Wanayasa. Karena hari jumat, jadi kami mencari tempat makan di depan Situ Wanayasa sambil menunggu yang salat Jumat.
Di sepanjang jalan di depan Situ Wanayasa banyak tempat makan yang menjual sate marangi. Kami pun menyusuri sepanjang jalan itu sambil melihat-lihat tempat yang cukup nyaman untuk menunggu sambil bersantap siang.
Kami melihat ada tempat makan yang cukup besar dan nyaman, tempat makannya di saung-saung. Tanpa pikir panjang kami memilih tempat tersebut dan memesan sate marangi beserta ikan bakar.
Tidak perlu menunggu lama, makanan yang dipesan sudah tersedia. Rasa lapar yang mendera membuat saya dan yang lainnya makan lebih dahulu sambil menunggu yang salat Jumat. Para lelaki datang, sekarang gantian mereka yang makan dan para perempuan salat zuhur.
Setelah semua selesai makan dan beribadah, timbulah ngantuk. Berada si saung dengan semilir angin dan suasana yang tentram membuat ngantuk, rasanya ingin tidur saja tapi perjalanan masih belum usai.
Takut rasa ngantuk semakin mendera, kami pun melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya yaitu Curug Cijalu. Untuk menuju Curug Cijalu, masih harus menempuh perjalanan sekitar satu jam.
2. Curug Cijalu
Perjalanan menuju Curug Cijalu ternyata memang masih jauh, ditambah di tengah perjalanan hujan deras membuat kami takut akan turun kabut. Apalagi semakin lama perjalanan semakin menanjak dengan jalan yang semakin menyempit.
Hujan mulai reda, tapi masih gerimis. Kami sampai di Curug Cijalu disambut dengan gapura besar bertuliskan Selamat Datang di lokasi Wana Wisata Curug Cijalu.
Eiittss jangan senang dulu saat lihat gapura di atas, karena untuk sampai di Curug Cijalunya masih harus berjalan menuju puncak. Melewati jalan setapak dengan bebatuan yang licin karena terguyur hujan. Apalagi saat itu cukup ramai, jadi kami berjalan dengan sangat hati-hati.
Sesampainya di Curug Cijalu 1, kami menikmati dinginnya air curug yang mengalir deras. Iya air di curug ini cukup deras tapi ukuran curugnya tidak terlalu besar. Hanya bisa bermain air saja, tidak bisa berendam.
Ketika asik bermain air dan berfoto-foto, ada beberapa pengunjung yang memberitahu kalau di sebelah sana masih ada curug yang lebih besar.
Ternyata Curug Cijalu tidak hanya satu, tapi ada 2 curug dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
Sebenarnya sudah cape dan waktu pun sudah sore, tapi karena penasaran akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Curug Cijalu 2 yang katanya tidak terlalu jauh dan lebih besar itu.
Untuk menuju Curug Cijalu 2 jalan yang ditempuh semakin menanjak dan semakin licin, saya sendiri memutuskan untuk melepaskan sandal.
Perjalanan dari Curug Cijalu 1 ke Curug Cijalu 2 memang tidak terlalu jauh, hanya perlu berjalan sedikit langsung terlihat curugnya.
Sungguh tidak sia-sia, Curug Cijalu 2 memang lebih besar dan airnya lebih deras. Di sini bisa bermain air dan berendam. Kalau saya sih nggak berani berendam, airnya dingin banget. Saya hanya membersihkan kaki dan berfoto-foto saja.
Saat asik bermain air dan berfoto-foto, tiba-tiba turun hujan lagi. Di sini tidak ada tempat berteduh, jadi kami pun kehujanan. Badan sudah mulai kedinginan dan takut masuk angin, kami memutuskan segera ganti pakian dan langsung turun.
Sepanjang jalan menuju pulang kami disuguhkan pemandangan perkebunan teh dan pegunungan yang membuat mata segar. Hari semakin sore dan kami masih ada satu tempat lagi yang belum dikunjungi yaitu Situ Buleud.
Lokasi Situ Buleud dekat dengan Stasiun Purwakarta, jadi bisa sekalian arah pulang ke Jakarta. Namun saya tidak ikut ke sana, saya turun di Pasar Jumat, bertemu teman saya dan melanjutkan liburan di Purwakarta untuk beberapa hari.
3. Menikmati Es Ciming dan Pempek Lenggang
Setelah chit-chat panjang, akhirnya saya dan Teh Dian bertemu. Saat itu hampir pukul enam sore, jadi kami memutuskan mencari camilan dulu sambil menunggu Magrib.
Saya diajak ke satu tempat makan yang jaraknya tidak jauh. Tempat makannya sederhana dan tidak terlalu besar. Di tempat tersebut menyediakan menu es ciming dan berbagai macam pempek.
Sore itu pengungjung cukup ramai, membuat tempat ini sumpek dan panas. Saya pun memesan es ciming dan pempek lenggang. Ini pertama kalinya saya mencoba es ciming. Isinya ada kacang hijau, cendol, cincau, dan kelapa muda yang diberi es serut terus disiram susu kental manis.
Sebelum pulang kami mampir ke masjid terdekat untuk salat Magrib, dan buru-buru mencari elf. Kami takut kemalaman dan elf yang lewat rumah Teh Dian sudah tidak ada, tapi Alhamdulillahnya masih ada elf.
Perjalanan menuju rumah Teh Dian ternyata cukup jauh, kira-kira memakan waktu satu jam. Kira-kira pukul delapan malam kami baru sampai rumah.
4. Pasar Tradisional
Pagi harinya saya diajak Teh Dian ke pasar. Perjalanan menuju pasar ini mengasikan sekali. Melewati perkebunan teh dan bisa melihat jalan tol.
Ya, untuk melihat perkebunan teh kami melewati jembatan yang di bawahnya jalan Tol Cipularang KM 100. Saya berfoto-foto sebentar lalu melanjutkan perjalanan.
Memang beda ya berjalan di kota dan di daerah, di sini warganya masih sangat ramah, bahkan ke pendatang seperti saya. Saling bertegur sapa walaupun tak kenal.
Pemberhentian kami selanjutkan tempat Kupat Tahu, salah satu makanan khas Jawa Barat yang tak boleh dilewatkan. Salah satu makanan favorit saya. Kalau kamu main-main ke daerah Jawa Barat, jangan lupa memcicipi Kupat Tahu ya.
Perut sudah terisi kami lanjut berbelanja ke pasar. Tak banyak yang dibeli, hanya beberapa sayuran dan lauk untuk makan saja.
5. Jembatan Cisomang
Pulang dari pasar kami beristirahat sebentar, terus Teh Dian mengajak saya ke Jembatan Cisomang. Kamu masih ingat beberapa waktu lalu pernah ada berita Jembatan Cisomang ambas? nah iya, kali ini saya diajak ke situ.
Awalnya bingung apa sih menariknya Jembatan Cisomang ini, tapi pas sampai saya takjub. Pemandangan dari atas jembatan ini bagus sekali, ditambah dengan cuaca yang sangat cerah membuat gradasi yang indah di sekitar bukit.
Dari atas jembatan terlihat ada curug dengan air yang deras, sayangnya jarak curug tersebut sangat jauh. Aksesnya pun kami tak tahu harus lewat mana.
Asiknya menikmati pemandangan membuat saya lupa kalau ada rel kereta. Baru tersadar ketika terdengar bunyi kereta, padahal posisi saya tepat di samping rel.
Kami panik karena posisi kami berada di tengah-tengah, kemudian segera berlari ke pinggir. Alhamdulillah semuanya baik-baiknya, makanya saya bisa menuliskan cerita dalam tulisan ini.
Pemandangan dari ketinggian 100 m jembatan cisomang
Hari semakin siang dan panas, kami melanjutkan perjalanan ke tempat sate marangi. Selesai makan sate marangi, Teh Dian mengajak saya makan bakso yang katanya enak. Tak ingin melewatkannya, kami pun lanjut makan bakso.
Untuk melepaskan lelah, kami pulang sejenak untuk beristirahat. Rencananya sore mau diajak ke satu tempat lagi, mau diajak ke pesawahan. Sayangnya saat sampai rumah malah hujan sampai malam, jadi kami tak jadi pergi.
Kembali ke Jakarta
Pagi itu masih saja hujan rintik-rintik, tapi mau tak mau saya harus pulang karena besok sudah mulai kerja lagi. Sambil menunggu hujan reda saya beres-beres.
Sebelumnya saya sudah melihat jadwal kereta di web. Kereta ke Jakarta sekitar pukul sepuluh. Sempat khawatir karena sampai pukul tujuh lewat hujan tak kunjung reda.
Kira-kira pukul delapan hujan sudah mulai reda. Teh Dian dan suami mengantarkan saya ke stasiun, tapi sebelumnya kami mampir dulu membeli oleh-oleh pesanan Mamah saya. Baru lanjut sarapan Nasi Tutug Oncom.
Kata Teh Dian nasi tutug oncom di sini enak, dan ternyata benar saja. Enak sekali, menu yang disajikan juga lengkap. Dalam satu porsi sudah ada nasi, ayam, tahu, ikan asin, emping, lalapan, dan teh tawar anget. Satu porsi nasi tutug oncom harganya Rp. 20.000. Untuk selengkap itu cukup murah ya.
Selesai makan saya melihat jadwal keretanya lagi, ternyata jadwalnya berubah. Tujuan Jakarta Kota baru ada sekitar pukul satu siang, sedangkan sekarang baru pukul sepuluh. Masih ada waktu 3 jam.
Karena waktu masih lama, saya memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar stasiun. Melihat gedung kembar dan mampir ke Situ Buleud yang katanya memiliki air mancur paling besar se-Asia. Sayangnya tidak bisa masuk ke Situ Buleud karena tutup.
Di sekitar Situ Buleud ini nyaman untuk berjalan-jalan. Udaranya masih segar, banyak pohon rindang yang bikin adem, dan yang pasti banyak jajanan tradisionalnya.
Sekitar pukul sebelas kami kembali ke stasiun, dan cukup kaget melihat antrian penumpang yang sangat panjang. Saya pikir itu antrian ke Jakarta, ternyata antrian ke Bandung. Jadi kebayang lah ya saat loket tiket ke Jakarta sudah dibuka antriannya pasti akan begini juga.
Saya pun memutuskan menunggu di stasiun saja sampai pukul satu. FYI, ini pertama kalinya Antin naik kereta api sendirian dengan jarak yang lumayan jauh lho.Â
Satu hal yang saya suka dari Stasiun Purwakarta adalah pintu masuk menuju stasiunnya. Sangat menarik karena di samping kanan kirinya dihimpit oleh gedung kembar dan di tengah-tengahnya terdapat air mancur yang dikelilingi macan. Saya cukup lama di sini dan tak lupa berfoto.
Setelah perjuangan antri membeli tiket, dan lamanya perjalanan di kereta, akhirnya saya sampai di rumah dengan selamat.
Liburan kali ini seru dan sangat berkesan. Akhirnya seorang Antin berani melawan rasa takutnya dan mencoba hal baru. Jika awalnya takut berpergian jauh sendirian, ternyata setelah dicoba tidak semenakutkan itu.
Itulah liburan saya, bagaimana dengan liburan kamu?
wah bagus jg ternyata,,,blm pernah nih ke purwakarta,,,saya tgl di Bandung hahha
salam kenal,jgn lupa mmapir ya 🙂
Purwakarat sebenarnya banyak tempat yang bagus cuman kitanya aja yang kurang tau 😀 begitu juga dengan daerah lainnya ..
dari bandung lumayan deket patut di coba yaa 🙂