Review Buku A Cup of Tea for Writer

Buku A Cup of Tea for Writer adalah buku yang bercerita tentang kisah-kisah inspiratif penyemangat hati beberapa penulis. Di buku ini mereka bercerita tentang jatuh bangun, senang sedih, pengorbanan dan semangat yang dilakukan demi menulis.

Dari buku ini saya banyak belajar bahwa jika bersungguh-sungguh dan percaya pada kemampuan kita sendiri, maka kita akan mendapatkan hasil yang manis.

Informasi Buku A Cup Of Tea For Writer

Judul : A Cup Of Tea For Writer
Penyusun : Triani Retno A & Herlina P. Dewi
Penulis Tamu : Reda Gaudiamo, Ika Natassa, Ollie & Dian Kristiani
Kontributor : Adnan Buchori, Haeriah Syamsuddin, Ina Inong, Jualiana Wina Rome, Lalu Abdul Fatah, Monica Anggen, Mpok Mercy Sitanggang, Nur Novita, Ririe Rengganis, Setiawan Chogah, Skylashtar Maryam, Whianyu Sanko, Widya R, Yas Marina
Penerbit : Stiletto Book
Cetakan Pertama : September 2012
ISBN : 978-602-772-06-5

Dari banyaknya penulis yang mengisi buku ini, terselip nama Ika Natassa. Salah satu penulis yang saya sukai. Senang rasanya bisa membaca perjuangan Kak Ika  dalam menulis.

Blurb Buku A Cup Of Tea For Writer

Belakangan ini, menulis terdengar sangat seksi. Begitu banyak orang yang ingin menjadi penulis. Motivasi mereka pun beragam. Dari mengisi waktu senggang, ingin terkenal, hingga mencari nafkah. Impian untuk menjadi seterkenal J.K Rowling pun melambung. Terkenal, royalti melimpah, tulisan difilmkan, diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan seterusnya.

Namun, jalan menuju dunia penuh pesona itu tak selalu mulus. Banyak kerikil tajam yang harus dilalui. Terkadang, ada air mata tertumpah. Ditolak berkali-kali oleh penerbit dan media massa, royalti minim, hingga ditipu penerbit. Ada yang menyalahkan keadaan, ada yang menyerah dan menggantung pena. Hanya mereka yang bertegad kuat yang mampu bertahan. Hanya mereka yang mampu menjaga pijar semangat yang dapat terus melangkah di jalan.

A Cup of Tea for Writer membagi semangat itu pada para pembaca. Semangat itu akan menyala di hati. Menerangi. Menghangatkan.

Tips menulis persembahan dari Mbak Reda Gaudiamo tentunya akan menjadi bonus yang mengasikkan di halaman terakhir. Selamat membaca sambil menikmati secangkir teh Anda.

Review Buku Buku A Cup of Tea for Writer

Di bab pertama buku ini yang bercerita adalah Triani Retno A, yang bercerita tentang jatuh bangun dia dalam menulis tapi tidak membuat dia putus asa. Pernah vakum beberapa tahun kemudian kembali menulis kembali.

Di bab ini juga banyak quote-quote bagus tentang menulis, seperti:

“Menulis rupanya dapat dijadikan katarsis dari persoalan yang dialami oleh seseorang dan menulis dapat menjadi terapi bagi jiwa (Triani Retno, Hal. 5)”

“Menulis membuat saya menjadi lebih berarti dan bermanfaat bagi orang lain.” Hal. 7

“Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah dimana. Cara itulah yang bermacam-macam dan disanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.” (Seno Gumira Ajidarma)

Kemudian di bab 2 bercerita tentang seorang anak yang menentang impian sang ayah untuk menjadi dokter, dan memilih untuk mengikuti keinginannya menjadi seorang penulis. Hingga sang ayah marah dan tidak memperdulikannya lagi, hanya sang ibu lah yang selalu merestui semua yang di lakukannya.

Namun dia tidak menyerah begitu saja. Butuh waktu yang sangat lama untuk membuktikan bahwa keinginannya tidak salah dan akhirnya sang ayah dapat menerimanya kembali.

“Ketika tak sanggup menyampaikan semua isi kepala, menulislah. Ketika tak sanggup mengucapkan semua isi hati, menulislah. Tulisan adalah rekam jejak terbaik bagi mereka yang kelak kita tinggalkan di dunia.” (Ririe Rengganis)

Nah di bab 3 ini kita bisa belajar banyak, bahwa kesombongan bisa menghancurkan semuanya. Pada bab ini bercerita tentang seseorang yang hobi menulis tapi sangat sombong dan menganggap orang lain tidak sebanding dengan kemampuannya.

Yap dia memang mempunyai bakat, tapi karena terlalu sombong dan sering meremehkan orang lain, dia jadi malas untuk terus belajar. Akibatnya, teman yang dianggap remeh olehnya ternyata lebih berhasil. Pada saat itulah dia baru merasa bahwa dia bukanlah apa-apa karena kesombongannya.

“Aku akan tetap menulis, bukan sekedar untuk populer dan kaya tapi karena menulis itu menyenangkan”.

“Tak ada penulis sukses yang sombong. Kau tahu, rasa sombong selalu berharga mahal. Mahal sekali sampai kau tak ingin membayarnya. Lagi pula, apa pun yang kita miliki saat ini tak akan pernah cukup untuk merasa hebat dan sombong. Ya, tak aakan pernah cukup.”

“Hal lain yang menghalangi produktivitas ialah pujian kritisi. Pujian itu bagaimenantang saya agar menulis yang nilainya sama dengan yang terbaik yang telah saya tulis selama ini.” (A.A. Navis)

Nah untuk kamu yang penasaran dengan kelanjutan cerita di bab lainnya bisa langsung beli bukunya ya. Ntah sih buku ini masih ada di pasaran atau tidak karena terbitan lama.

Namun untuk kamu yang suka menulis atau baru mau belajar menulis, buku ini cocok sekali kamu baca. Bahasanya ringan dan cerita-cerita di dalamnya juga penuh haru, serta memotivasi untuk terus belajar menulis.

Ini beberapa quote yang menurut saya ngena dari awal sampai akhir bab :

“Sesuatu yang sederhana, tidak populer, dan mungkin diabaikan oleh orang lain, bisa menjadi sesuatu yang istimewa asal kita serius menjalaninya. Mengidolakan J.K. Rowling itu keren, tapi bermimpi mengalami keajaiban seperti seperti yang beliau alami adalah impian yang terlalu tinggi. Lakukan segera yang kita bisa, yang lebih relistis, dan ada di depan mata kita. Itu jauh lebih keren”

“Membacalah empat jam sehari dan menulislah empat jam sehari. Kalau kau tidak bisa meluangkan waktu untuk itu, jangan harap kau bisa menjadi penulis yang baik.” (Stephen King)

“Perempuan tidak melulu mengurusi kecantikan fisik tapi juga inner beauty nya. Perempuan tidak hanya memikirkan jambul khatulistiwa atau bulu mata antibadai katrina. Perempuan juga harus punya waktu untuk memberikan nutrisi pada otaknya dengan cara membaca buku.”

“Ketika membaca, seseorang tidak hanya menyerap makna suatu kata, kalimat, wacana, melainkan juga melakukan interpretasi, memperkaya wawasan, juga pengayaan gagasan.”

 

Review buku lainnya:

  1. Our Hope Karya Inesia Pratiwi
  2. Relationshit Karya Alitt Susanto
  3. Jodoh Karya Fahd Pahdepie

 

11 pemikiran pada “Review Buku A Cup of Tea for Writer”

  1. dari beberapa quote yang dinukil ke dalam artikel ini cukup menggambarkan bahwa isi buku ini memiliki power yang kuat buat orang2 yang suka menulis, mengokohkan niat mereka terhadap bakat, dan beberapa pecutan jika berhasil menggapai mimpi menjadi penulis, saya skrng sudah tidak terlalu suka menulis lagi , sibuk bekerja dan ngeblog saja.

    salam kenal

    Balas
  2. Ping-balik: Book Review : The Architecture Of Love - Diary Antin

Tinggalkan komentar