Angin malam Pantai Papuma membangunkan saya yang terlelap karena kelelahan. Malam itu saya sangat lelah setelah beberapa hari hanya tidur di kereta dan elf, baru malam ini saya bisa tidur berselonjor di warung tepi Pantai Papuma.
Angin malam yang tak bersahabat membangunkan saya. Karena tak kuat menahan dingin, saya pindah ke elf dan tertidur dengan lelapnya. Rasanya malam itu saya tidur sangat nyenyak, kemudian terbangun ketika mendengar suara teman-teman lain yang hendak salat subuh. Saya pun ikut terbangun dan bergegas salat subuh, lalu menyusul teman lain yang sudah bersiap melihat sunrise dari ketinggian Siti Hinggil.
Untuk menuju Siti Hinggil harus menaiki banyak anak tangga. Subuh-subuh menaiki anak tangga lumayan membuat kaki pegal juga. Beberapa kali saya berhenti dan menarik napas panjang, baru melanjutkan perjalanan kembali.
Tak lama setelah sampai di puncak Siti Hinggil, sang surya menunjukan wajahnya tanpa malu-malu. Sinarnya menghangatkan dan menenangkan. Tak mau kehilangan momen, saya dan teman-teman lain mengambil beberapa gambar.
Saya baru sadar, jika momen sunrise itu waktunya cepat sekali. Kami baru beberapa kali berfoto sang surya sudah mulai meninggi. Pantas saja pemburu sunrise sering kali bergegas ketika masih gelap, jadi ketika sang surya menunjukan wajahnya tak kehilangan momen.
Sudah puas menikmati pemandangan Pantai Papuma dari ketinggian dan stok foto sudah aman, kami pun bergegas turun. Kami harus lekas mandi dan sarapan sebelum melanjutkan ke tujuan berikutnya.
Ketika saya turun, saya melihat pos tiket masuk ke Siti Hinggil mulai dibuka. Ya untuk melihat pemandangan dari Siti Hinggil memang dipungut biaya sekitar sepuluh ribu. Namun tempat tiketnya baru buka jam delapan pagi, karena kami naik saat masih subuh jadi gratis deh.
Saat turun saya pun baru sadar jika tangga yang dipijak semalam berukuran cukup lebar dan dicat warna-warni. Buat saya tangga yang dibuat lebar begini malah cepat membuat cape. Ada yang sama dengan saya juga?
Fasilitas di Pantai Papuma Jember
Seperti pantai pada umumnya, fasilitas di Pantai Papuma Jember lumayan lengkap. Ada beberapa toilet, banyak tempat makan, dan ada tempat ibadahnya. Tempat parkir mobilnya juga luas.
5 Mitos Pantai Papuma Jember
Waktu itu, secara tak sengaja saya melihat acara televisi yang membahas tentang mitos di Pantai Papuma Jember. Jujur saya baru tahu mitos-mitos tersebut, saya pun penasaran dan mencari tahu.
Berdasarkan informasi dari acara tersebut dan beberapa artikel yang saya baca, inilah beberapa mitos tentang Pantai Papuma Jember:
1. Gulungan Ombak Yang Memakan Korban
Katanya, gulungan ombak di Pantai Papuma terkenal ganas karena berkekuatan tinggi. Hal tersebut mengakibatkan sering mencelakakan wisatawan yang berkunjung ke sana.
Seperti pantai selatan lainnya, Pantai Papuma sudah banyak memakan korban yang hanyut terseret ombak. Oleh karena itu di beberapa bagian terdapat papan peringatan agar tidak berenang di pantai.
Sama halnya dengan pantai di Pelabuhan Ratu Sukabumi, jika ada yang celaka selalu dikait-kaitkan dengan Nyi Roro Kidul. Di Pantai Papuma pun sama, konon yang tergulung ombak dikarenakan Nyi Roro Kidul ingin korban tersebut menjadi penghuni kerajaan gaibnya.
Konon kalau berkunjung ke sini jangan menggunakan pakaian berwarna hijau juga, tapi ntahlah ya. Hanya saja untuk jaga-jaga lebih baik menghindarinya.
2. Terdapat Pulau Tak Bernama yang Dihuni Ular-ular Berbisa
Pertama kali melihat Pantai Papuma saya kagum dengan keindahan gugusan batu karangnya. Batu-batu di sini berukuran raksasa. Siapa sangka jika setiap batu memiliki mitosnya masing-masing.
Jadi di Pantai Papuma terdapat tujuh batu karang raksasa yang jika dilihat dari sudut tertentu tampak seperti berderet. Masing-masing batu tersebut ternyata memiliki nama, yaitu Dhampar Kencana, Genteng/Kura-Kura, Kodok, Kresna, Narada, dan Kajang. Ada juga yang menyebutnya Batara Guru, Kresna, Narada, Nusa Barong, dan Kajang.
Kok namanya hanya ada enam? Katanya ada tujuh batu. Ya memang, karena satu batu karang tak memiliki nama. Batu karang tersebut dihindari oleh warga setempat. Tak ada yang berani mengunjungi batu itu karena konon batu karang tersebut dihuni oleh sekawanan ular berbisa.
Saya tak tahu pasti ini batu karang yang di sebelah mana, tapi mitos ini lumayan membuat seram juga.
3. Asal Mulai Bernama Pantai Papuma
Saya baru tahu kalau nama Pantai Papuma merupakan singkatan dari Pantai Pasir Putih Malikan.
Menurut situs resmi Papuma, malikan yang menjadi asal usul nama pantai ini adalah sebuah batu datar yang mirip kerang raksasa berjajar di sepanjang bentang pantai yang menghadapat ke barat. Karena letaknya yang bersebelahan dengan Pantai Watu Ulu, Papuma pun berbagi sejumlah mitos dan legenda yang sama dengan pantai tetangganya itu.
Batu Malikan konon merupakan tempat di mana Raden Mursada dan Mursaud (atau Marsudo dan Joko Samudera menurut versi cerita yang lain) memancing.
Di atas batu itulah Marsudo atau Mursada tak sengaja memancing ikan ajaib Raja Mina yang kemudian ia lepaskan. Di situ pula kail Joko Samudera atau Mursaud tersangkut ular raksasa yang kemudian dibelah menjadi tiga bagan oleh Marsudo dengan cemeti pemberian Raja Mina.
4. Gua Lawa
Di salah satu bagian Pantai Papuma terdapat batu karang dengan ceruk kecil yang dinamakan oleh penduduk setempat Gua Lawa atau Gua Kelelawar. Konon gua ini tak selalu bisa terlihat oleh pengunjung pantai, gua ini baru terlihat ketika air sedang surut saja.
Menurut mitos yang dipercayai penduduk setempat, gua ini merupakan tempat bersemayam Dewi Sri Wulan, salah satu putri penguasa pantai selatan dan tempat Kyai Mataram bersemedi.
Kalau diingat-ingat, sepertinya saya tak melihat gua ini ketika berkunjung ke Pantai Papuma.
5. Sering Melakukan Larung Sesajen
Saat berkunjung ke Pantai Pulau Merah saya melihat warga sekitar melakukan larung sesajen. Saat itu saya hanya melihat dari kejauhan saja jadi tak terlihat begitu jelas ritualnya seperti apa.
Konon, di Pantai Papuma Jember juga rutin melakukan larung sesajen agar panen ikan melimpah. Persembahan sesajen ini merupakan tradisi yang diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu. Biasanya warga sekitar ramai-ramai mendoakan sesajen tersebut sebelum dihanyutkan ke laut.
Sarapan dan Bersiap ke Tujuan Selanjutnya
Selesai menikmati sunrise, saya dan teman-teman lain bergantian mandi lalu sarapan. Untuk sarapan pagi ini saya memilih salah satu warung ibu-ibu yang berada di paling ujung, warungnya terlihat sepi hanya ada beberapa teman lain saja.
Teman lain ada yang memesan nasi goreng, ada juga yang memesan mie instan. Saya sendiri memesan menu aman, nasi putih dan telur dadar. Karena sebelumnya saya mencoba nasi goreng teman saya rasanya aneh, bahkan mie instan yang sudah ada bumbunya saja terasa aneh. Jadi sedikit paham ya kenapa warung ini sepi.
Tak lama dari itu kami sudah dipanggil agar segera masuk elf dan melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya. Ada yang bisa tebak kami akan ke mana?
Sebelum kamu tebak akan ke mana selanjutnya, sebaiknya kamu baca tempat yang saya datangi sebelumnya seperti Pantai Utama Raya dan Pantai Bama.
Suka gaya penulisannya.. di beberapa bagian diselipin pertanyaan, jadi ngga monoton.. isinya juga suka, karena gw suka tulisan yg kasih info2 unik.. contohnya disini soal mitos2 di pantai papuma.. kayaknya buat bikin deretan kata2 ini perlu riset juga kan ya :)..
Btw, soal nasgor yg rasanya aneh, untung rasanya aja yg ga cocok ya, tapi ngga sampe bikin sakit perut krn kl lg travelling sakit perut krn salah makan, malesin banget..hehe..
Overall, it’s such a good post!
Alhamdulillahnya makanan aku aman dan enak sih. Nasi putih sama telur dadar, sarapan yang pas dan enak
Seperti daerah pesisir lainnya, pantai papuma masih ada tradisi sedekah laut. Tradisi kayak gini sebagai bentuk rasa syukur karena hasil tangkapan ikan yang melimpah dan harapan agar hasil selanjutnya juga bagus. Yaitu dengan cara memberi makan ikan melalui sedekah laut yang dilarung di laut.
Tradisi kayak gini juga menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan melihat langsung di pantai papuma.
Matahari terbit di pantai papuma cakep sekali. Warnanya pas.
Makasih antin untuk ceritanya.
Sayangnya pas di Papuma ga lihat, lihatnya malah pas di Pantai Pulau Merah pas sore² gitu Mas.
Cakep banget sih sunrisenya, tapi cepet banget sang surya meningginya
Baru tau juga itu singkatan dari Papuma. Tapi selain Watu Ulo sebagai pantai tetangga masih ada pantai lain bernama Malikan yang berada di sebelah Papuma. Pemandamgan laut dan tebingnya lebih indah, sayangnya pasirnya tercemar oleh sampah.
Oh ya? sayang sekali ga mampir ke situ. Tapi Malika itu singkatan dari Papuma kan den, kok jadi beda Pantai gitu?
Mitos kekuasaan Ratu Pantai Selatan itu memang luas ya wilayahnya. Andaikan mitos itu bisa dibuktikan, seperti apakah jika tidak menaruh sesajen maka hasil tangkapan jauh berkurang ?…
Kalau ini aku kurang paham ya kak, tapi biasanya tradisi ini tuh sebagai rasa syukur masyarakat sekitar Pantai.
Menarik kalo baca tulisan listikel. Dari fotonya pantainya indah. Ini pantai yang memakan korban dari perguruan/pengajian apa gitu, yg baru-baru ini, bukan?
Aku ga ngikutin berita, jadi kurang tahu kak
Baru tahu dan dengar tentang Pantai Papuma ini. Sepertinya menarik dan indah juga. Mengenai mitosnya, jadi ingat Nyi Roro Kidul pastinya ya hehe..dan juga harus selalu hati-hati sembari juga menikmati suasana kalau kesana ya😀
Gw klw lihat pantai hawanya pengen mandk-mandi dkt pinggir pantainya.
Antin,
Sempet mandi di pantai Papuma?
Bukan mandi di pantainya Mbak, aku mandi di toilet umum yang ada di Pantai Papuma
Mitos memang selalu ada di setiap daerah yah, Antin. Apalagi daerah pantai selatan Jawa. Selalu dikaitkan dengan Ratu Pantai Selatan. Tapi mitos pulau tak bernama yg dihuni ular serem yak…
Namun dibalik semua itu, keindahan pantai memang selalu memanjakan mata dan menyejukkan hati
Aku belum pernah ke Jember, makasih loh Antin informasinya. Kalo suatu saat nanti (entah kapan) aku ke Jember, nanti kalo ke Papuma aku nggak akan pakai baju warna hijau hehehehe.
Iya jangan kak, cari warna lain aja ya hehe
Pantai Pasir Putih Malikan, jadi Papurma wkwkek menarik jugaaa
Berarti batu-batu itu sebenarnya pada bisa dikunjungi ya kak? I mean kita bisa main gitu?
Mitos sperti itu kalo di tempat asalnya pasti dipercaya ya kak, tapi kita pun sebagai pendatang tetep waspada ya meskipun gak sepenuhnya percaya juga..
Wahh ada part 2 nya kah nanti kak?
Bahaya juga kalau sampai nyasar ke baru karang yang diisi ular. kecuali ada petunjuk dimana karang tersebut.
lanjut ke Banyuwangi kah beb? Jadi ngga sabar nungguin tulisan selanjutnya hahahaaa, sepertinya akan berlanjut, semoga hahahha
mitos ular berbisa serem juga ya hahaha, tapi emang sih, ular laut itu lebih berbisa dibandingkan ular di darat, katanya sih begitu
makasih ya udah diajakin jalan-jalan ke papuma
Kalau soal gulungan ombak, itu bukan mitos. Bisa dijelaskan secara ilmiah bahwa ombak memang bisa “ganas”. Mirip sungai juga, ada yang arusnya deras banget. Ombak laut juga begitu
Ternyata papuma itu kependekan dari Pantai pasir putih malikan. Baru tahu kirain emang papuma itu nama. Dulu jaman masih awal2 lulus kuliah pantai ini terkenal banget. Tapi tetep aja belum pernah kesana. Padahal kalo dari surabaya ya lumayab terjangkau lah ya.
Berarti yang indah itu ada serem seremnya bukan mitos juga. Pantai Papuma aja indah, ada ular berbisanya. Wkwkw
Jadi pengen deh ke pantai papuma
Sepertinya mitos tentang Pantai Papuna, semenarik bentang bebatuan nya ya? Ah, saya hanya mampir selewat jadi ndak sempat mendengar mitos tersebut. Tentang sekawanan ulang yang mendiami batu karang, saya jati teringat satu trip ke pulau terbarat Sumatra. Saat saya asik berenang di laut dangkal, ndak sengaja mengarah ke batu karang. Guide langsung menarik saya dan melarang mendekati karena batu karang dihuni sekawanan ular..
Keren Tulisannya Mba Antin, Apalagi Papuma, Pantai Pasir Putih Malikan, sebenarnya P3M juga bisa kali ya, Btw ini Pantai yang baru baru ini lagi rame kan ya, yang ada beberapa orang terseret ombak untuk sebuah ritual, ternyata tidak hanya keindahan nya saja, pantai ini sarat sekali dengan ritual ritual ternyata
mitos lumayan legend juga ya tin, sampe akhirnya pantai papuma pun jadi tempat buat melarung sesajen masyarakat, karena biasanya tempat-tempat buat larung sesajen kan emang yang punya kekuatan magis tersendiri ya
Mitosnya nambah satu ya tin, hehe ih itu view di pohon keren banget tin, gak boleh pake hijau sama kaya dipangandaran, berapa lama naik ke Siti Hingil tin? Biar napas ngos2an tp terbayar sama pemandangannya y
Keren view pantainya. Tapi sama kayak pantai selatan pada umumnya, manusia masih suka minta pesugihan di situ, padahal kalo mau kaya mah kerja dan investasi.
Kalau ombaknya gede mending emang nggak usah berenang. Baru aja kemarin di pantai pacitan ada wisatawan tenggelam dan berakhir meninggal karena kegulung ombak. Niatnya mau seneng-seneng, jadinya malah dapet musibah.
Dan tiap pantai selatan tuh selalu gitu ya mitosnya, selalu berkaitan dengan ratu pantai selatan
Iya, pantai selatan selalu identik dengan mitosnya. Itulah pentingnya hati-hati bermain di pantai ya kak, jangan sampai niat liburan malah jadi musibah