The Readers Fest 2018, Benarkah Bikin Kalap?

“Buku yang ditimbun akan tetap tertimbun selama belum ada energi yang cukup untuk mulai membacanya”

– Hukum Kekekalan Timbunan III –

Duh kalimat di atas tuh bener banget deh, hasrat untuk membeli dan menimbun buku berbanding terbalik dengan niat membacanya. Kalian termasuk yang kaya gitu nggak sih?

Saya sendiri termasuk yang selalu semangat membeli buku dan menimbunnya. Setiap membeli buku saya sering berdalih murah kok lagi diskon, beli aja dulu besok-besok belum tentu masih ada. Sampai akhirnya secara nggak sadar timbunan yang belum dibaca semakin menggunung.

Saya paling nggak tahan kalau liat ada pameran buku seperti IIBF (Indonesia Internasional Book Fair), IBF (Islamic Book Fair), BBW (Big Bad Wolf) dan lain-lain. Selalu ada rasa yang mendorong saya untuk datang ke acara-acara seperti itu, ntah untuk membali buku atau hanya sekedar melihat-lihat saja.

Seperti Sabtu kemarin (06/10/18), saya menggunjungi bazar buku yang diselenggaran oleh gramedia.com yang bernama The Readers Fest 2018.Β Event ini berlangsung mulai tanggal 1 sampai 7 Oktober 2018 di Gedung Tjipta Niaga, Kota Tua.

Menurut informasi di blog gramedia, The Readers Fest adalah pesta buku yang didedikasikan untuk para penggila buku di Tanah Air. Di event ini akan ada ribuan buku dari koleksi buku-buku lama hingga baru. Namun bukan hanya ada pesta buku saja, ada beberapa pengisi acara lainnya yang akan memeriahkan The Readers Fest 2018.

Memang sejak The Readers Fest 2018 dimulai pada tanggal 01 Oktober, saya sangat antusias untuk datang ke acara ini. Bagaimana tidak tertarik, di akun sosial media gramedia.com maupun di akun instagram The Readers Fest 2018 menunjukkan begitu banyak buku-buku dengan diskon yang gila-gilaan. Saya yang suka diskon tentu saja tidak mau melewatkan kesempatan seperti ini.

Mengunjungi The Readers Fest 2018

Untuk menghilangkan rasa penasaran, saya pun menghadiri event The Readers Fest 2018. Karena tempatnya berlokasi di Kota Tua, jadi saya naik busway menuju lokasi. Saya naik busway rute Ragunan-Monas via Semanggi dari Halte Gatot Subroto Jamsostek, kemudian turun di Halte Monas dan melanjutkan naik Busway rute Blok M-Kota.

Kalian pasti tahu panjangnya tangga penyebrangan Halte Semanggi, andai saja di situ ada ojek pasti banyak orang yang akan memilih naik ojek daripada jalan di jembatan penyebrangan tersebut. Makanya saya memilih rute yang tidak transit di Semanggi untuk menghindari panjangnya halte penyebrangan itu.

Oh ya kemarin saya naik busway gratis, penjaga halte membuka pintu masuk halte dan memberikan karcis yang bertuliskan gratis. Katanya hari itu busway sedang gratis tapi saya nggak tahu gratis karena apa. Alhamdulillah ya, jalan-jalan hari ini gratis πŸ˜€

Perjalanan Gatot Subroto-Kota ternyata cukup lama juga, sekitar satu jam perjalanan dan saya baru tiba di Halte Kota Tua sekitar pukul tiga sore. Padahal awalnya saya mau melihat Almira Bastari dan mau minta tanda tangannya, sayangnya saya telat.

Ketika masih di busway acara sudah mulai dan saya hanya bisa melihat di ig stories The Readers Fest saja. Percuma saja sudah membawa bukunya Almira Bastari tapi nggak dapat tanda tangannya πŸ™

Setibanya di area Kota Tua, saya pun langsung menghubungi Kak Ning. Kami memang janjian untuk bertemu langsung di lokasi.

Sejujurnya saya nggak tahu posisi Gedung Tjipta Niaga ada di sebelah mana. Untungnya, sebelum menuju acara saya sempat membuat ig stories yang berisi pengisi acara hari ini dan saya juga menanyakan apakah ada yang ke The Readers FestΒ hari itu. Eh ternyata salah satu teman di instagram ada yang datang ke The Readers FestΒ juga, jadi saya bisa nanya-nanya deh.

Saya pun menanyakan patokan lokasinya berada di sebelah mana, eh ternyata gedungnya berada di samping Museum Wayang. Tepatnya berada di depan minimarket. Oke saya tahu Museum Wayang, tapi tetap saja untuk memastikannya saya melihat google maps haha

Beneran Bikin Kalap?

the-reader-fest-pameran-buku
Gedung Tjipta Niaga

Singkat cerita, setelah bertemu Kak Ning di depan Gedung Tjipta Niaga kami langsung masuk ke area The Readers Fest. Saat itu antrian di lantai dasar masih normal, jadi kami bisa langsung masuk area bazar buku yang ada di lantai dasar.

Ketika masuk, ya ampun ternyata kondisi di dalam sangat penuh. Jangankan untuk membawa keranjang, berjalan saja sulit. Buku-buku berserakan tidak sesuai tempatnya, membuat saya sangat kesulitan mencari buku yang diinginkan.

Kak Ning juga sempat menanyakan di mana tempat novel ke petugas, ketika ditunjukan tempatnya ternyata buku-bukunya sudah tercampur-campur.

Kondisi-di-the-reader-fest-2018
Kondisi di lantai dasar

Buku-buku yang dijual di sini dibagi menjadi tiga harga 10ribu, 20ribu dan 30ribu. Buku dengan stripe warna biru di cover-nya dihargai 10ribu, stripe berwarna hitam 20ribu dan stripe berwarna merah 30ribu.

Kami pun berkeliling dari satu tempat ke tempat lain tapi tidak menemukan satu buku pun yang menarik untuk dibeli. Suasana di dalam sangat panas, karena ruangan yang tidak terlalu besar ini terisi begitu banyak orang.

Ketika saya melihat-lihat buku di lantai dasar, di lantai 1 terdengar musikalisasi puisi eyang Sapardi Djoko Damono dan team. Hujan Bulan Juni mengalun indah ke setiap penjuru gedung ini.

Ntah berapa kali saya menjelajah setiap sudut tumpukan buku yang ada di sini tapi saya baru menemukan satu buku, padahal di twitter dan stories gramedia.com banyak sekali buku yang terlihat menarik. Sayangnya ketika saya datang ke sini buku-buku itu sudah tidak terlihat, sepertinya sudah habis πŸ™

Berlanjut ke Lantai 1

Bosan di lantai dasar, kami memutuskan untuk ke lantai 1. Sebelum itu kami membayar hasil buruan buku di lantai dasar, antrian kasir di sini luar biasa.

Ketika saya keluar area lantai dasar, ternyata pengunjung The Readers Fest sangat banyak. Bahkan pintu masuk area ini sampai ditutup karena di dalam sudah terlalu penuh, semakin sore semakin ramai yang datang ke The Readers Fest.

Kondisi di lantai 1 tidak terlalu penuh seperti di bawah, mungkin karena buku yang ada di lantai 1 pun tidak terlalu banyak. Di sini selain ada area buku, ada juga main stage dan photo booth.

Tidak banyak pilihan buku di lantai 1, lagi-lagi saya tidak mendapatkan buku yang diincar di sini. Saya lelah, akhirnya cuma duduk-dukuk di salah satu sudut sambil mengobrol. Kami heran melihat antrian kasir yang begitu mengular dan tangan pengunjung yang membawa begitu banyak buku, sedangkan kami tidak begitu tertarik dengan semua buku yang ada.

Oh ya, untuk yang sudah mengunduh aplikasi gramedia.com dan sudah follow akun gramedia.com kita bisa mendapatkan satu buku gratis dan voucher kopi. Karena saya lihat di meja ada buku Neil Gaiman, saya pun ikut mengunduh aplikasi gramedia.com dan memilih buku Neil Gaiman sebagai buku gratis yang saya pilih.

Hari semakin sore, kami memutuskan untuk pulang. Ketika menuruni anak tangga saya terkejut, Wagelaseh pintu masuk area bazar di lantai dasar sudah mengular sampai keluar. Pemburu buku murah ternyata begitu luar biasa.

Antrian-masuk area-bazar-buku-lantai-dasar-the-reader-fest-2018
Antrian masuk area bazar buku di lantai dasar

Jika kalian tanya ke saya apakah The Readers FestΒ 2018 bikin kalap? untuk saya pribadi nggak sama sekali, bahkan sejujurnya saya kecewa sama gramedia.com. Katanya akan ada ribuan buku dari koleksi buku-buku lama hingga baru, tapi nyatanya saya hanya menemukan buku-buku terbitan lama. Bahkan buku regular yang dijual pun hanya beberapa judul buku saja, dan itu juga bukan buku best seller.

Memang sebaiknya datang ke event seperti ini di hari pertama. Selain buku-buku yang masih tertata rapih, tentu saja koleksi buku juga masih banyak pilihannya. Hanya saja sepenglihatan saya dan informasi dari beberapa teman yang datang ke The Readers Fest 2018 pada hari sebelumnya, memang buku yang dijual rata-rata terbitan lama semua dan mereka pun banyak yang kecewa.

Saya sendiri sangat menyayangkan kenapa gramedia.com tidak memanfaatkan event ini dengan baik, sejujurya saya juga memang sudah kecewa dengan gramedia ketika di IIBF 2018. Seolah tidak siap dengan event tersebut dan begitu banyak buku yang kosong. Gembar-gembor di sosial media nyatanya tidak sesuai dengan kondisi di lokasi.

Semoga ke depannya gramedia.com bisa membuat acara seperti ini lagi, dan tidak hanya menjual buku-buku terbitan lama saja, tapi bisa menjual buku-buku best seller dengan harga reguler.

Kalian ada yang mampir ke The Readers FestΒ 2018? kalau kalian kalap nggak? coba share dong.

41 pemikiran pada “The Readers Fest 2018, Benarkah Bikin Kalap?”

  1. Kondisi yg sama juga terjadi di PRI Ice BSD 27 Sept – 7 Okt.. Sulit mencari buku yg kita inginkan.. Tp keadaan disana tidak terlalu penuh seperti Reader Fest.. πŸ™‚

    Balas
  2. Ya ampunnn 10 ribu???

    Dijamin saya kalap tuh hahaha.

    Tapi sekarang hasrat membeli buku saya gak separah dulu sih.
    Dulu, meskipun mahal, kalau suka ya dibeli, meski mengorbankan gak beli baju lucu dulu hahaha.

    Sekarang, lebih ngalah ke anak, biar anak saja yang kalap, asal dibaca, gapapa deh dia belinya banyak πŸ™‚

    Balas
  3. Yah daku belum ke reader fest, padahal bisa kalap juga kalau liat banyak juga yang menarik pikiran untuk diangkut semua ke rumah,hahaha

    Balas
  4. penimbun buku adalah suamiku…sukanya beli tapi diuka sekali dan enggak tahu -kayaknya-enggak dibaca lagi hihihi
    Lha aku mau ikut baca seleranya beda. Dia buku statistik, akunting, coding…dll
    Kalau aku fiksi, parenting dan yang berbau perempuan kwkwk..kalau beli ya biasanya aku baca meski tergantung satu kali duduk atau ditunda…haha

    Untuk bursa buku bangsa reader fest dll..menurutku rata-rata antara ekspetasi dan realiti memang jauuuuh. Heboh aja tapi kenyataannya ya untung-untungan kita. Toh penerbit juga enggak mau rugi-rugi amat. Jadi ya gitu deh..

    Balas
  5. Aku tuh termasuk golongan penimbun buku tapi males baca buku. Harganya murah meriah sekali buku-buku yang ada di The Readers Fest 2018 ini. Andaikan festival ini diadakan di Semarang pasti aku datang deh. Wah, ada kak Almira Bastari juga ya. Aku salah satu penggemarnya kak Almira Bastari. Soalnya aku suka novel Resign! & Melbourne Wedding Marathon. Btw, salam kenal ya, Mbak.

    Balas
  6. Aku juga selalu kalap mbak kalau ada beginian padahal belum tentu dibaca kalau sudah di rumah. Malah aku pernah beli sampai 2 dos itu isinya sekitar 100 buku.. wkwkwkkwk

    Balas
  7. sama bgt nih ka aku suka beli buku tpi mau baca aja butuh niat yg tebel wkwk , murah2 bgt bukunya duh ga kebayang klo aku ksna bisa kalap tapi paling akumah beli doang bacanya tar2 haha

    Balas
  8. Aku tuh selalu pengen dateng ke bazar buku begini. Ngelihat tumpukan buku aja udah seneng apalagi kalau bisa nemu buku bagus dg harga miring bisa tambah seneng lagi. Tapi suamiku ogah diajak ke tempat rame begini, kasian anak-anak ikut desak-desakan, heuheu

    Balas
  9. Saya langsung inget, tumpukan buku yang belum di baca saat membaca ‘ Hukum Kekekalan Timbunan III’ . Aya aya wae tapi bener juga.
    Karena padatnya tugas negara saya ndak sempat datang ke the Reader Feed 2018, kalau secara pribadi ndak jadi menyesal setelah baca tulisan kakak. …

    Balas
  10. hehe.. ngomongin tunpukan buku, aku jadi keinget sama buku2 yg masih bersegel plastik yg aku tumpuk di bagian bawah lemari bajuku.. duh kapan ya energi membaca itu datang lagi? kangen aku..

    Balas
  11. Kalau aku kalap mba. Soalnya buku-buku terutama novel aku paling maniak banget membacanya. Kalau gak baca sehari berasa ada yang kurang

    Balas
  12. Astaga, harga bukunya mulai 10ribu. Sangat menggiurkan. Meskipun koleksinya tidak sesuai yang diharapkan. Tapi harga segitu benar2 menggiurkan.

    Balas
  13. Acara buku murah gini emang antusiasmenya suka gede sih. Harusnya tempatnya yang memadai. Atau kunjungannya dibatasi. Biar yang belanja nyaman. Tapi aku blm pernah sih ke acara2 yang model begini. Hahah. Paling banter beli buku pas jaman harbolnas sama diskon 50% kartu BCA

    Balas

Tinggalkan komentar