Review Buku Keliling Gegunungan Luar Dalam

Melihat teman naik gunung adalah salah satu hal yang selalu membuat saya iri. Ingin juga merasakan indahnya pemandangan di atas gunung, menikmati gumpalan awan dan semilir angin dari ketinggian.

Namun saya tahu, naik gunung tak semudah itu. Banyak hal yang harus disiapkan selain fisik dan mental. Naik gunung juga tak selalu enak dan dapat pemandangan yang indah, banyak juga yang mengalami sebaliknya.

Untuk mengobati keinginan naik gunung, akhirnya saya memilih membaca buku Keliling Gegunungan Luar Dalam saja. Mengikuti perjalanan penulisnya mendaki banyak gunung di Indonesia.

Mau tahu isi bukunya? Simak ulasannya sampai selesai ya.

Informasi Buku Keliling Gegunungan Luar Dalam

Judul buku : Keliling Gegunungan Luar Dalam
Penulis : Muhammad Iqbal
Penerbit : CV Fawwaz Mediacipta
Tahun Terbit : April 2023
Jumlah Halaman : 137 hlm
ISBN : 978-623-131-005-7

Keliling Gegunungan Luar Dalam adalah buku kedua karya Mas Iqbal yang saya baca. Sebelumnya saya pernah membaca pengalamannya di buku Keliling Nusa Tenggara Luar Dalam.

Di ulasan buku sebelumnya saya pernah menyarankan untuk memperhatikan hasil cetak pada tulisannya. Di buku kedua ini sudah lebih baik, tapi sayangnya kualitas lem bukunya malah kurang, lembaran bukunya banyak yang terlepa. Saran untuk penerbitnya, semoga ke depannya lebih baik lagi ya.

Di buku ini juga ditambahkan beberapa foto pendukung, yang saya harapkan hal tersebut ada di buku Keliling Nusa Tenggara Luar Dalam. Pembaca jadi sedikit ada gambaran lokasinya.

Blurb Buku Keliling Gegunungan Luar Dalam

Ini adalah catatan perjalanan seorang karyawan biasa dalam mendaki gunung. Dia menggunakan waktu weekend atau waktu cutinya untuk mendaki. Sepanjang 2022, sebanyak 19 gunung didakinya. Buku ini menceritakan sebagian besar dari perjalanan itu.

Banyak profesi dan karakter yang dia temui. Ada dokter, pengacara, perawat, arsitek, pramusaji, tukang nasi goreng, tukang ojek, juru ukur tanah, pengangguran sukses, mahasiswa, siswa, pemain sinetron, pustakawan, instruktur yoga, wah macam-macam deh. Kalau karyawan kantoran mah ya banyak banget.

Juga pengalaman menarik yang bisa berbeda tiap gunung: ojeg Sumbing dengan penumpang di depan, porter Rinjani dengan pikulan dan sandal jepitnya, rantai ban ojeg Argopuro, macetnya jalur pendakian Gede, babi ganas (bagas) di Ciremai, perosotan di jalur Burangrang, dan masih banyak lagi.

Buku ini menarik karena penulis mendeskripsikan apa yang dialaminya dalam perjalanan, sehingga pembaca seakan-akan ikut dalam perjalanan. Hal serupa pernah dilakukan penulis, jalan-jalan keliling Sumatera selama tiga bulan, yaitu tahun 2012. Catatan perjalanannya diabadikan dalam buku “Keliling Sumatera Luar Dalam”. Juga perjalanan satu bulannya keliling Nusa Tenggara pada 2019 dengan judul “Keliling Nusa Tenggara Luar Dalam”.

Review Buku Keliling Gegunungan Luar Dalam

Perjalanan dalam buku ini dimulai dari Gunung Ciremai, beberapa gunung lainnya sampai ke Gunung Argopuro. Dari gunung yang rendah dengan waktu tempuh satu hari saja, sampai gunung tinggi yang membutuhkan waktu beberapa hari perjalanan.

Di bab pertama, saat bercerita tentang pendakian Gunung Ciremai saya dibuat tegang dengan kisah rombongan yang diserang babi hutan. Babinya sebesar kambing terus masuk ke tenda. Dari kisah itu kita bisa belajar bahwa naik gunung bukan hanya butuh persiapan fisik saja, tapi butuh mental yang kuat untuk menghadapi kisah-kisah tak terduga yang terjadi saat pendakian.

Beralih ke Gunung Sagara Garut, saya salut dengan kebaikan hati Fikri. Seorang valunter yang membuat gubuk kecil di puncak gunung, terus atap gubuknya dibuat untuk mengalirkan air ke talang dan mengalir ke penampungan yang cukup besar. Pendaki bebas mengambil air dari situ secara gratis.

Saya juga belajar untuk tidak serakah dan peduli dengan sesama dari tukang ojek di Gunung Sindoro. Salut sekaligus bangga dengan solidaritas ojek di Sindoro, dia tak segan menolak penumpang karena bukan bagiannya. Budaya antri yang patut dicontoh oleh ojek-ojek ini.

Banyak kisah inspiratif dan keseruan lainnya ketika membaca buku ini. Penulis menggunakan bahasa yang sangat ringan, jadi pembaca seolah ikut mendaki bersama. Penjelasan yang runut dan beberapa pesan dalam buku ini juga bisa dijadikan panduan dan pengetahuan untuk kamu yang ingin mendaki gunung.

Oh ya, saya juga apresiasi penulis yang menuliskan tanggal pendakian dan ketinggian gunung yang didaki di setiap babnya. Jadi pembaca tahu tepatnya kapan cerita tersebut terjadi.

Opini Pribadi Tentang Buku Keliling Gegunungan Luar Dalam

Ada dua kalimat yang saya suka di buku Keliling Gegunungan Luar Dalam, yang pertama ini.

“Di gunung itu, kita bisa melihat karakter orang dengan lebih jelas, ya termasuk karakter diri sendiri. Kadang kala secara tidak sengaja, maksudnya bukan dibuat-buat, rasa takut berlebihan muncul. Atau, rasa ingin aman sendiri muncul. Atau, rasa tidak peduli dengan orang lain muncul. Atau justru kebalikannya, rasa kasihan dengan orang lain yang kesulitan, itu muncul. Atau rasa ingin berbagi begitu besar, juga muncul”

Hayo yang pernah naik gunung setuju nggak dengan kalimat di atas? Saya pribadi sering sekali mendengar ucapan di atas dari teman-teman yang pernah bahkan sering naik gunung.

Kalau saya pribadi setuju dengan kalimat di atas. Hal itu terasa saat saya ke Bukit Sikunir Dieng dan ke Kawah Ijen Banyuwangi. Kita akan tahu teman perjalanan kita seperti apa, apakah mau menemani kita yang lelet dan gampang capek, atau bahkan sebaliknya. Banyak juga hal lainnya yang bisa memperlihatkan karakter orang di saat traveling bersama.

“Yang penting itu mental berani, daripada kuat. Kalau kuat tapi tidak berani, ya masih kalah sama yang berani tapi tidak terlalu kuat. Jadi di alam itu ya harus berani. Walau kuat, kalau mentalnya sudah jatuh, ya kalah”. Hal. 93

Jujur saya tersentil dengan kalimat di atas. Sebagai orang yang penakut saya setuju, yang terpenting itu memang mental berani. Karena jika penakut, akan ada banyak hal yang terlewat dan tak berani dicoba. Itulah yang saya alami, banyak hal-hal yang tidak bisa saya coba karena tak punya mental berani. Padahal jika berani, mungkin saya bisa melakukannya.

Nasihat di atas saya rasa tidak berlaku dalam pendakian saja, tapi dalam banyak hal di kehidupan sehari-hari juga. Intinya, membaca buku Keliling Gegunungan Luar Dalam mengajarkan saya banyak hal. Bukan hanya tentang pendakian, tapi tentang hal-hal di luar itu.

Di akhir buku penulis juga menambahkan pengalaman beberapa orang yang sering membawa rombongan trip. Memberikan pandangan lain dari sudut pandang yang berbeda tentang pendakian.

Untuk kamu yang suka mendaki gunung atau ingin mencoba mendaki gunung, kamu bisa membaca buku Keliling Gegunungan Luar Dalam ini untuk refernsi dan tahu kondisi gunung yang akan kamu kunjungi. Nah, untuk kamu yang mau beli bukunya bisa hubungi langsung penulisnya di instagram @iqbal.hasby ya.

Selamat membaca 🙂

Tinggalkan komentar