RANDOM, TRAVEL

Eksplore Dieng bersama Backpacker Jakarta Hari Kedua

Posted on

Minggu, 17 September 2017

Sekitar pukul dua pagi saya terbangun karena mendengar teman-teman sekamar saya yang mulai bersiap, subuh ini kami akan melihat matahari terbit di Bukit Sikunir. Ketika saya membuka pintu kamar, ternyata teman-teman yang lain masih terlelap. Memang udara Dieng yang dingin sangat enak untuk bermalas-malasan, menarik selimut tebal dan bangun siang, tapi sangat disayangkan jika sudah jauh-jauh ke Dieng tapi tidak ikut menikmati sunrise di Bukit Sikunir.

Pukul setengah tiga pagi semua peserta mulai terbangun dan bersiap-siap, karena kami semua harus berangkat sekitar pukul tiga pagi. Namun, tidak semua peserta ikut ke Sikunir, ada beberapa orang yang tidak ikut dan memutuskan untuk tetap di penginapan. Untuk menuju Sikunir, dari penginapan kami naik elf yang ditempuh sekitar 15 menit. Sesampainya di parkiran Bukit Sikunir, CP memberikan informasi bahwa di atas jangan lama-lama karena masih ada tempat lain yang akan dikunjungi, jam tujuh pagi kami harus sudah berkumpul kembali di tempat parkir.

Untuk melihat keindahan Golden Sunrise di atas Bukit Sikunir bukanlah hal yang mudah, dari tempat parkir kami masih harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Awal-awal perjalanan, kami menyusuri rumah-rumah warga dan pedagang-pedagang, kemudian kami melewati anak tangga yang sangat tinggi, dan saat itu sangat ramai padahal baru sekitar jam empat subuh. Setelah itu kami masih harus melewati jalan bertanah yang sangat berdebu karena injakan orang-orang di depan kami. Duh rasanya ingin terbang saja agar segera sampai di atas Bukit.

Akhirnya setelah sempat beberapa kali beristirahat, sekitar setengah lima saya dan beberapa teman lainnya sampai di atas Bukit Sikunir. Saat tiba di atas bukit angin berhembus sangat kencang, dan hembusan hawa dinginnya menyusup hingga ke kulit. Saya pun mencari teman-teman lainnya, tapi percuma saja saat itu masih sangat gelap dan terlalu banyak orang. Karena tidak bisa menemukan teman-teman lainnya dan tempat untuk melihat golden sunrise sangat penuh, akhirnya saya dengan dua teman turun ke bagian bawah bukit.

Golden Sunrise Bukit Sikunir Dieng

Ini bukan pertama kalinya saya melihat sunrise, tapi melihat Golden Sunrise dengan background gunung dan hamparan awan adalah keindahan sunrise yang pertama kalinya saya lihat. Untuk melihat dan mendapatkan foto Golden Sunrise yang bagus tidak lah mudah, karena saat itu sangat banyak orang. Selain itu, udara yang sangat dingin membuat sulit untuk melepas sarung tangan dan mengambil banyak foto. Untuk menikmati keindahan Golden Sunrise dan hamparan awan beserta pemandangan gunung, hanya dikenakan biaya Rp 10.000,- per orang.

IMG-20170918-WA0139
Golden Sunrise Bukit Sikunir (Picture by @putrisatyan)

 

Hari sudah semakin terang dan angin pun semakin kencang, kami memutuskan untuk turun. Dan ternyata selama perjalanan turun pemandangan sekitar sangatlah indah. Ketika sudah hampir sampai, kami melihat ada beberapa orang yang bermain musik. Selain itu, sepanjang jalan banyak pedagang yang menjual makanan dan oleh-oleh khas Dieng seperti manisan carica dan lain-lain. Untuk yang pertama kali ke Dieng, bisa banget icip-icip jajanan khas Dieng seperti manisan carica atau kentang kecil yang rebus.

Gumpalan awan dan backgroung gunung

Kedamaian Air Telaga Cebong di Pagi Hari

Ketika menuju tempat parkir, kami juga disuguhkan dengan pemandangan telaga dengan warna airnya yang kebiruan karena pantulan sinar matahari. Waah kami baru sadar dengan adanya telaga ini, karena ketika datang tadi masih gelap jadi kami tidak melihat ada telaga.

Telaga Cebong berada di sebelah barat Bukit Sikunir, tepat dibelakang tempat parkir. Jadi untuk melihat keindahan Telaga Cebong, kami tinggal berjalan kaki saja. Di Telaga Cebong ini, kita dapat berkemping dan juga memancing tapi kali ini kami hanya melihat-lihat dan berfoto sebentar saja sebelum bergegas kembali ke penginapan.IMG_20170917_065643

Kembali ke penginapan dan Persiapan Pulang

Sesampainnya di penginapan, kami semua bersiap-siap untuk pulang dan sebagian ada yang menyiapkan makanan, ada juga yang berburu oleh-oleh. Saya sendiri dengan beberapa teman membeli oleh-oleh di dekat penginapan. Membeli kentang langsung di rumah petaninya, saya membeli kentang berukuran kecil hanya Rp 3.000,- per kg, dan yang berukuran lebih besar Rp 3.500,- per kg. Waahh sangat murah ya, padahal kentang Dieng itu sangat bagus kualitasnya loh, karena kentang Dieng memiliki sedikit kadar gula sehingga tidak mudah busuk.

Setelah berbelanja kentang, kami pun berbelanja manisan yang sangat terkenal di Dieng. Yap manisan carica yang sangat terkenal itu, kami membeli manisan carica di pedangan yang berada di jalan menuju Padang Savana Pangonan. Kenapa membeli disitu? Karena kemarin ketika kembali dari Padang Savana Pangonan, kami diberi beberapa manisan carica untuk mencoba dan ternyata enak. Menurut ibu pedagangnya, manisan yang dibuatnya menggunakan gula asli jadi manisnya tidak berlebihan. Harga satu buah manisan carica Rp 2.000,- dan untuk satu box yang berisi 6 buah manisan carica Rp 13.000,- tapi karena kami membeli banyak, kami diberi harga Rp 13.000,- per box tapi karena kami membeli banyak jadi diberi harga Rp 11.000,- per box. Selesai membeli oleh-oleh, kami kembali ke penginapan dan sarapan pagi terlebih dahulu sebelum meninggalkan penginapan.

Komplek Candi Arjuna, Mahakarya Dinasti Sanjaya

Kayanya ada yang kurang ya jika berkunjung ke Dieng tapi tidak mengunjungi Komplek Candi Arjuna, maka dari itu sebelum kembali ke Jakarta kami mengunjungi Candi Arjuna. Untuk masuk Komplek Candi Arjuna dikenakan biaya Rp15.000,- per orang.

Di komplek candi arjuna ini terdapat 4 bangunan utama candi megah dan 1 candi pendamping. Sebelum memasuki Komplek Candi Arjuna kami di sambut dengan Komplek Darmasala yang menyelinap di antara pohon pinus. Di komplek Darmasala inilah terdapat batu-batu yang tertata rapi membentuk fondasi. Konon dahulu para brahmana mengabdikan hidup mereka di sini, selain itu tempat ini juga sebagai tempat penyambutan para tamu. Di komplek Darmasala ini kami melihat 2 fondasi rumah yang berada di samping kiri dan kanan lengkap dengan Yoni dan Lingganya.

Candi arjuna merupakan candi yang terlihat sangat sempurna dengan gaya arsitek menarik tapi sederhana. Candi ini mampu mengundang para wisatawan untuk berfoto ria bersama kawan ataupun keluarga. Candi Arjuna merupakan candi yang paling sempurna dan utuh dari ujung alas candi sampai pucuk candi yang berbentuk Padma atau sering disebut juga bunga teratai. Di dalam candi arjuna konon terdapat air suci menggenang di dalam yoni. Konon juga air suci itu tak pernah habis meskipun di musim kemarau entah datangnya dari mana mata air suci tersebut. Sampai sekarang juga masih dianggap sakral oleh masyarakat sekitar yang masih percaya. (Sumber : lihat di sini)

IMG-20170918-WA0002.jpg

Kembali ke Jakarta, liburan telah usai

Selesai berkeliling dan berfoto-foto di Komplek Candi Arjuna, kami bergegas kembali ke Jakarta karena hari semakin siang. Rasanya masih belum ingin pulang, tapi apa daya besok kami sudah harus kembali ke aktivitas masing-masing dan liburan telah selesai.

Perjalanan Dieng ke Jakarta kami habiskan dengan tidur dan sekali-kali bercerita dengan teman sebelah. Selama perjalanan Kami juga beberapa kali beristirahat untuk sholat dan makan.  Sekitar pukul dua dini hari kami sampai di Sekretariat Backpacker Jakarta. Sebagian dari kami ada yang langsung berpamitan karena ingin langsung pulang, dan ada juga yang menunggu pagi. Saya sendiri langsung pulang karena besok pagi masih harus ngantor.

Liburan telah usai tapi pertemanan kita semoga tidak pernah usai, see you next trip guys 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *